Sabtu, 15 Februari 2014

Asal Mula Pintu Dharma Simha Mukha Dakini




Asal Mula Pintu Dharma Simha Mukha Dakini:
Pintu Dharma Simhamuka Dakini adalah salah satu dari sedikit Pintu Dharma silsilah dari India, Pintu Dharma ini diperoleh dari India tengah yang dekat dengan lokasi pencapaian Kebuddhaan dari Siddharta Gautama, berbagai sekte tantra sangat menghormati Simhamuka Dakini.
Pada saat Luozhawa Sang Guru Penterjemah hendak memohon Dharma, Beliau sempat menetap di Nepal, beliau sempat berdebat dengan seorang guru trithika (penganut ajaran diluar Buddha Dharma) Gadengjiebu, Luozhawa memperoleh kemenangan karena Beliau banyak mengetahui keunggulan Buddha Dharma.
Gadengjiebu tidak bisa menerima kekalahan ini, dalam hati timbul kebencian, mengancam supaya Sang Penterjemah meninggalkan Triratna dan berlindung di bawah agamanya, bila tidak dalam tujuh hari dia akan menggunakan kekuatan doa bahasa gaib untuk mencabut nyawanya, Luozhawa Sang Penterjemah tidak takut mati. Namun Gadengjiebu sang pendeta memiliki daya kuasa yang besar, tulah kutukannya sangat manjur.
Karena tidak sanggup menghadapinya, Luozhawa sang penerjemah pergi menghadap Arya Pangtingba, beliau menjelaskan duduk persoalannya dan memohon sadhana yang mampu melindungi dirinya.
Pangtingba sang Arya memberikan petunjuk supaya sang penterjemah pergi menuju ke Vajrasana di India, kelak disana dia akan menemukan cara mematahkan tulah pendeta itu, Sang Arya mengadhistana Luozhawa dengan kekuatan kaki sakti supaya bisa cepat mencapai tempat tujuan, dalam waktu sehari langsung mencapai Vajrasana di India.
Di Vajrasana dia bertemu dengan Mahasiddha Duojiedanba, setelah menjelaskan kisahnya, dia memohon bantuan Yang Arya.
Arya Dujiedanba mengatakan :
“Hari ini adalah tanggal 9, siapkanlah persembahan besar untuk kita melakukan mahapuja besok, maka Dakini Bunda Semesta akan membantumu.”
Maka sang penterjemah juga menyiapkan persembahan untuk Acarya Duojiedanba, pada tanggal 10 melakukan mahapuja.
Pada saat mahapuja dilaksanakan, Simhamuka Dakini muncul dengan tubuh sejati Nya, memberi nasehat pada Luozhawa sang penerjemah :
“Tidak perlu takut dengan tulah doa doa penganut ajaran tirthika, di sebelah Utara Vajrasana ada sebuah Gunung yang berbentuk seperti sapi, di bagian jantung Gunung ini ada sebuah gua yang terbentuk secara alami, masuklah dan menggalilah, dalam kedalaman tiga bahu empat jari kau akan menemukan sebuah kitab yang dilapisi oleh nyala api, hancurkan api itu dan di dalamnya akan tampak kotak emas, di dalam kotak emas ada kotak kayu pohon Boddhi yang dihiasi oleh berbagai mustika, bukalah dan dilamanya da sebuah kain biru kehitaman, di atasnya ada sebuah mantra yang dituliskan dari lubuk hati dan darah Ku serta para Dakini, mantra itu dibagian depannya tiada kata OM dan dibelakangnya tiada kata SOHA, tiada penggalan di tengahnya, bila kau bisa menjapakan dengan tulus setiap hari 21x saja maka akan memperoleh perlindungan, jangan menjapakannya lebih banyak dari itu, ingatlah !”
Di hari kedua, sang penerjemah menuruti petunjuk Simhamuka Dakini, mencari gua tersebut dan setelah memberikan persembahan pada Dakini Merah, ternyata di dalam tanah tergali kotak berbagai mestika yang berisi kitab, setelah melihat dia membawanya dengan hormat diikatkan di atas leher, dia menjalankan penjapaan dengan tulus tanpa henti, bahkan melebihi jumlah yang ditetapkan oleh Bunda Dakini.
Pada malam hari ketiga, bala tentara makhluk kasat mata dari ajaran sesat yang muncul dari kekuatan doa sang pendeta tirthika datang menyerang, ada yang berbentuk seperti perempuan , mara dan lain sebagainya datang berbondong bondong untuk mencelakai, namun mereka semua tidak sanggup !
Di pagi harinya, Simhamuka Dakini memberitahukan pada sang penerjemah bahwa pendeta Gadengjiebu telah mati muntah darah.
Sebenarnya pendeta sesat itu tidak akan mati jika sang penerjemah tidak menjapa mantranya terlampau banyak, kekuatan mantra yang terlampau besar membuat pendeta sesat itu menelan kembali kutukan keji yang dilontarkannya.
Mendnegar kabar ini, Luozhawa sang penerjemah girang bukan main, namun Arya Dujiedanba justru tidak senang, dia menuding sang penerjemah tidak punya belas kasihan dan berkata :
“Di jaman akhir Dharma, akan ada Guru seperti saya, dan muridnya pasti sepertimu !”
beliau merampas kitab di leher sang penerjemah dan mengusirnya sambil mengatakan bahwa beliau tidak ingin bertemu lagi dengan sang penerjemah .

Namun keyakinan Luozhawa sang penerjemah tetap kuat, dia meninggalkan Vajrasana tempat Sang Guru, sehingga bertahun tahun hidup bergantung dari sedikit makanan yang disembunyikan di pinggang pendamping Guru yang bernama Mahahasama.
12 tahun kemudian Yang Arya mewariskan semua abhiseka Simhamuka Dakini beserta ajaran dan karman kepada sang penerjemah.
Sekembalinya di Tibet , sang penerjemah mewariskan sadhana Simhamuka Dakini kepada pimpinan Lima Tetua Sakya, yaitu Gongganingbu, sehingga sadhana ini menjadi salah satu dari 13 ajaran emas yang tidak pernah keluar dari tembok vihara.
Kemudian para Guru mewariskannya dari generasi ke generasi tanpa terputus sampai sekarang.
Pahala
menurut apa yang tercatat dalam sutra, ada 25 macam manfaat :
1.Mantra ini dapat mengembalikan semua tulah kutukan dan mantra lainnya yang berusaha melukai sadhaka, semua hal yang berupa rintangan dan tidak baik akan dilontarkan kembali pada asalnya.
2.Mampu menaklukkan musuh
3.Bila berada di istana Vajra dan menekuni perlindungan cakra maka akan mampu melindungi diri sendiri dari bahaya alam dan gangguan manusia, makhluk bukan manusia , para setan dan dewa serta lain sebagainya yang berusaha membuat rintangan.
4.Dapat memperoleh panjang usia.
5.Bagaikan mensthanakan Dewa Rejeki, kekayaannya akan terus bertambah.
6.Vasikarananya mampu membuat atasan menyukai.
7.Vasikarananya mampu membuat kerabat dan rekan menyukai.
8.Memperoleh anak cucu.
9.Menurunkan hujan dikala terjadi kekeringan.
10.Menghentikan huja dikala terjadi bencana air.
11.Menghentikan petaka yang berhubungan dengan kekurangan pangan (dijaman dahulu digunakan untuk menghentikan hama).
12.Menyingkirkan bencana musim dingin.
13.Menyingkirkan bencana hujan es.
14.Menghentikan bencana petir.
15.Menyembuhkan penyakit.
16.Menghentikan wabah.
17.Menyingkirkan sakit tenggorokan.
18.Menyembuhkan flu dan sakit panas.
19.Menyembuhkan penyakit cacar.
20.Menyembuhkan penyakit kejiwaan seperti halusinasi dan lain sebagainya.
21.Menyingkirkan penyakit daerah kepala, seperti pusing2 dsb.
22.Menyingkirkan penyakit mudah lupa.
23.Menyingkirkan bencana senjata.
24.Terhindar dari stroke dan lain sebangsanya.
25.Terhindar dari bencana perampokan.
Om Mani Padme Hum
Simhamukha Dakini Homa Ceremony
Sembah sujud kepada Biksu Liaoming, Acarya Sakyazhengkong, Karmapa 16, Acarya tubten Dhargye dan Tri Ratna Altar Mandala.
Hari ini kita melaksanakan api homa Simhamukha Dakini, homa hari ini dengan homa yang dulu perbedaannya adalah Simhamukha Dakini kali ini dengan suka cita dating dan dengan suka cita pula kembali. Penyatuan juga terjadi beberapa kali. Baru saja hendak membentuk mudra, Beliau sudah tiba. Pada saat api homa belum di nyalakan, Beliau juga hadir. Kemudian saat hendak berakhir, Beliau datang lagi.
Kekuatan Beliau sangat besar, karena Beliau merupakan Guru , yidam dan sekaligus Dharmapala dari Padmasambhava. Simhamukha Dakini satu tubuh namun terdiri dari Tiga kesadaran, asal mula Nya adalah Baghavati Prajnaparamita, Bunda yang paling utama di antara para Baghavati. Dharmakaya dari Simhamukha Dakini adalah Baghavati Prajna Paramita. Sambhogakaya adalah Dorje Pagmo atau Tara Merah atau disebut juga Vajravarahi. Nirmanakaya adalah Simhamukha Dakini. Maka Beliau adalah penggabungan dari tiga Adinata , yaitu Baghavati Prajnaparamita, Vajravarahi dan Simhamukha. Maka bisa dikatakan Simhamukha Dakini adalah yang utama diantara Baghavati , yang utama diantara Tara dan yang memiliki kekuatan paling dahsyat.

Saya ingat dalam kisah riwayat Padmasambhava Bodhisattva, Beliau pernah dikeroyok oleh Lima Orang Pertapa Sesat, saat kondisi kritis, Simhamukha Dakini muncul, mengajari Nya mantra pembalik dari Simhamukha, begitu selesai dijapa, kelima sesat itu habis semua.
Maka, kekuatannya adalah sangat dahsyat, mantra Nya adalah : “….(censored) harus pewarisan langsung dari Acarya…”, mantra ini tidak boleh dijapa terlalu keras, karena kekuatan mantra ini terlampau dahsyat, bila terlalu keras, maka para dewa dan roh di empat arah akan melarikan diri.
Baru saja menjapanya keras sekali (Mahaguru tertawa), namun bila menjapa dengan keras di dalam daerah yang di berikan perbatasan sakral (Simabandhana) oleh Mahaguru ini tidak apa, bila tidak , maka roh yang terkena mantra ini akan habis, termasuk Raja Naga. Maka mantra ini tidak boleh dijapa di pinggir laut atau air. Banyak sadhaka yang menjapa mantra ini tanpa mengeluarkan suara.
Vajravarahi disebut sebagai Dorje Pagmo, sedangkan Simhamuka Dakini adalah Sendonma, dalam buku Saya ke 122 Upanisad tantra, ada menjelaskan tata cara sadhana Simhamukha. Yang terutama adalah Beliau berkepala satu , wajah Singa. Kenapa wajah singa ? karena diantara semua hewan, singa adalah yang paling beringas. Semua hewan takut pada singa, maka Beliau menggunakan wajah singa.
Selain itu , Dharmabala Nya sangat besar, mampu mengatasi bencana alam, yaitu bencana matahari, bulan, bintang, tanah, air, api dan angin, semua dapat diatasi Nya. Selain itu, bila ada bencana peperangan dan senjata, petaka dari manusia, dengan menekuni Sadhana Simhamukha, maka semua akan teratasi.
Bencana itu termasuk kekurangan pangan, asalkan menjapa mantra Simhamukha maka Anda akan mampu mengatasi nya.

Mengikis lobha, dosa dan moha, bagi kita umat manusia sangat penting.
Simhamuka Dakini mampu memotong habis lobha, dosa dan moha. Beliau bisa menyeberangkan kea lam manusia, dewa dan bahkan sampai ke Tanah Suci Buddha.Maka kita semua sebagai manusia harus melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai manusia dengan baik, memotong loba dosa dan moha, terlebih lagi bagi Anda para sadhaka. Seorang sadhaka harus menjaga sila, mengikis loba, dosa dan moha. Hari ini sampai di sini, Om Mani Padme Hum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar