Rabu, 16 April 2014

Padmasambhava dan Wajah Tibetan Asli Buddhis



Padmasambhava
Guru Senge Dradog
Guru Singa Mengaum!

Padmasambhava (Guru Senge Drafog/Vajra Guru) adalah Akar Dewa Yidam bagi Simanhada Vajramushti Sangha

GURU SINGA MENGAUM DAN TANTRA BELA DIRI


Guru Padmasambhava – Kelahiran Teratai, juga dikenal sebagai: “Guru Singa Mengaum” adalah sosok penting dalam sejarah Buddhisme Tibet, dipuji karena keberhasilannya dalam memperkenalkan Buddhisme Tantra ke Tibet (sekitar 750 CE).

Ia adalah penting bagi semua yang ingin memahami perumpamaan dan symbol yang berhubungan dengan transisi Buddhisme dari India ke bentuk Tibet.

Ia juga penting secara tidak terduga (oleh banyak orang) sehubungan dengan transmisi dan evolusi Hindu India dan Buddhist Simhanada Vajramukti menjadi ‘Tibetan’, Auman Singa! Seni bela diri.

Padmasambhava – Kelahiran Teratai, juga dikenal sebagai: “Guru Singa Mengaum” – khususnya dalam salah satu dari delapan ‘wujud’ nya – Guru Senge Dradog (Tibet). Sebelum pengembangan ritual Chod Tibet – oleh Yogini Tibet Machig Labron (1053-1153), Padmasambhava telah berhubungan dengan parktik “Tanah Pekuburan”, yang melibatkan ritual meditasi habisnya jasmani (gambaran) dan ‘memotong putus’ (Chod). Ritual ini dikatakan telah ada di India sebagai bagian dari Tantrisme, walaupun beberapa sumber memberikan kredit kepada Yogini Machig Labdron. Sebaagi perwujudan dari Guru Singa Mengaum, Padmasambhava mempraktikkan ‘Memotong-Putus’ dan mengaumkan Auman Singa!

Dalam Tantra Seni Bela Diri Auman Singa, prinsip Chod (diucapkan ‘Cho’ dalam bahasa Tibet) atau memotong putus, ‘diwujudkan’ dalam genggaman benih, Chune-Choi (Cantonese), yang menerjemahkan sebagai penembusan ruang atau kondisi-antara/interval dan memotong – yaitu, penembusan dan pemutusan dalam ‘Bardo’, demikianlah asal istilah: ‘Bardo-Chod’. ‘Chune’ dalam Bahasa Canton juga menerjemahkan ‘memasang benang’. Tantra adalah Bahasa Sanskrit yang berarti ‘menenun’, jadi Chune (chod) adalah Upaya (Cara-cara Terampil) untuk menenun benang Tantra!

‘Gerak’ yang unik dari Seni Bela Diri Tantra Auman Singa menggunakan tubuh dalam konsumsinya sendiri dan memotong-putus (Bardo-Chod) melalui ‘tindakan’, sebagai suatu contoh ‘Cara-cara terampil’ (Upaya – Sanskrit) dalam Siddha atau tradisi ‘Kebijaksanaan-Gila’.

Nama Seni Bela Diri Auman Singa – berasal dari Simhanada Vajramukti Indo-Aryan asli (seni bela diri keluarga Sang Buddha dari asal-usul Hindu) – hingga masuk ke Tibet sebagai ‘Senge-Ngwa’ dan kemudian masuk ke China sebagai Si-Ji-Hao (Kanton).

Hubungan dengan Bardo-Chod dan dengan Padmasambhava sebagai Guru Auman Singa! Sangat penting untuk memahami bagian ini.

Hubungan Tantra harus ada agar Auman Singa tetap menjadi ‘Auman Singa’ dan bukan suatu divisi cabang yang berevlousi, dikurangi akar berlian-keras-tak-terhancurkan sejati.

Oleh karena itu adalah penting bagi mereka yang mengaku ‘mengetahui’ seni bela diri Auman Singa, untuk memahami ‘Chune’ (Bardo-Chod) secara lengkap dan dalam makna yang mendalam.


Riwayat Padmasambhava (juga dikenal sebagai Vajraguru)

Padmasambhava, lebih terkenal sebagai Guru Rinpoche, dihormati oleh seluruh silsilah Buddhisme Tibet, dan gambarnya jelas dipasangkan disebelah Sang Buddha di banyak Kuil Buddhis, viharam dan di rumah-rumah. Banyak umat, khsuusnya dari aliran Nyingma yang didirikan oleh Padma, menganggapnya sebagai Buddha ke dua.

Padma bukanlah makhluk biasa, praktisi biasa, juga bukan seorang bodhisattva mulia. Ia adalah emanasi langsung dari semua Buddha di sepuluh penjuru dan tiga masa. Ia adalah junjungan yang maha mencakup ketiga permata Buddha, Dharma dan Sangha. Ia adalah perwujudan tunggal kebijaksanaan, belas kasihan dan aktivitas dari seluruh Pemenang. Ia adalah Guru dari tiga akar Guru, Yidam dan Pelindung. Ia adalah inti dari Buddha Amitabha.

Dalam Dharmakaya, ruang luas kesadaran primordial, Padma tidak terpisah dari Buddha primordial Samantabhadra. Dalam Sambogakaya, ekspresi spontan kesadaran primordial, Padma tidak terpisah dari Buddha Vajradhara, bermanifestasi sebagai emanasi kebijaksanaan para Bhyani Buddha. Dalam Nirmanakaya, pertunjukan energi belas kasihan dari para Buddha Sambhogakaya, Padma pertama-tama muncul dalam bentuk setenagh wujud di alam Mahabrahma, di mana hanya para Bodhisattva mulia yang dapat melihatnya. Ia kemudian muncul di hadapan makhluk-makhluk biasa sebagai banyak Nirmanakaya dari Yang Tercerahkan Sempurna, seperti Buddha Shakyamuni, dan dalam seluruh perwujudan kelahiran yang tidak terhitung banyaknya. Pertunjukan manifestasi ini muncul terus-menerus selama masih ada makhluk-makhluk hidup.

Dakini Yeshe Tsogyal mengalami suatu manifestasi Padma dalam mimpi. Masing-masing pori-pori tubuhnya bersisikan satu milyar alam, dan dalam masing-masingnya terdapat satu milyar sistem dunia. Dalam masing-masing sistem dunia berdiam satu milyar Padma yang menciptakan satu milyar emanasi, dan masing-masing emanasi ini mengajarkan kepada satu milyar siswa. Pertunjukan ini, yang ia sebut Samudera Vajra yang sangat luas, berulang pada tiap-tiap arah utama.

Padma bermanifestasi secara bersamaan dalam tidak terhitung banyaknya sistenm dunia untuk mengajarkan dan mengalih-yakinkan semua makhluk, baik manusia, dewa, setan atau siluman, khususnya mereka di masa gelap yang sulkit diyakinkan, dan ia muncul di hadapan mereka dalam bentuk yang sesuai dengan karma individual mereka. Dalam salah satu otobiografinya, ia menjelaskan, “Pada saat ini, dalam Kaliyuga perselisihan dan permusuhan, makhluk-makhluk tanpa membeda-bedakan berkubang dalam lumpur beracun kebencian, nafsu, kebingungan, iri-hati dan keangkuhan. Khususnya untuk membantu makhluk-makhluk yang paling sulit ditolong, para Buddha tubuh sederhana tanpa batas mengandung diriku dengan Pikiran mereka yang terkonsentrasi, para Buddha tubuh kenikmatan semu menahbiskan gaya kehidupanku dengan watak belas kasihan mereka dan para Buddha jelmaan belas kasihan menegaskan perwujudanku dengan kekuatan kelompok mereka. Demikianlah, aku, Orgen Padma, Guru Kelahiran Teratai, muncul di dunia ini.”

Dalam sistem dunia kita, 1000 Buddha akan muncul, dan pada masing-masing dari para Buddha ini akan ada 1000 Padma untuk melakukan aktivitas-aktivitas mereka. Para Padma ini aadlah emanasi batin Amitabha, emanasi ucapan Avalokitesvara, dan terutama membantu makhluk-makhluk yang tersesat dalam masa gelap di mana para Buddha dan para Bodhisattva tidak muncul. Dalam masa kita sekarang, masa Buddha Shakyamuni, Padma muncul dalam seluruh enam alam samsara. Di alam manusia, ia adalah tubuh emanasi Buddha Shakyamuni dan kehidupannya and perbutannya adalah pertunjukan gaib untuk mengalih-yakinkan makhluk-makhluk biasa kepada Dharma sesuai kapasitas individual mereka, kecenderungan dan kebutuhan mereka. Dalam biografi, dikatakan bahwa Padma, kebal terhadap penyakit, usia tua dan kematian, masih hidup dan membabarkan Dharma kepada makhluk-makhluk. Ketika Padma melakukan perjalanan ke Tibet, ia berusia lebih dari 1000 tahun. Padma mengatakan bahwa ia telah hidup dalam kelahiran duniawinya yang sekarang selama lebih dari 3600 tahun.

Biografi dan Ramalan

Selama kemunculannya di masa dunia kita, Padma mendiktekan berbagai otobiografi kepada siswanya, Yeshe Tsogyal. Otobiografi ini, beberapa ditambah oleh para komentator, dan berbagai biografi independent, terdapat perbedaan, dan kadang-kadang berlawanan, kisah kelahirannya dan detil lain dari kehidupannya. Misalnya, satu kisah menyebutkan bahwa Padma terlahir selayaknya manusia biasa dan bernama Danarakshita, putera Raja Mahusita dari Uddiyana. Dalam kisah lain, ia adalah putera seorang menteri dari Raja Indrabhuti. Dalam yang lain lagi, ia muncul secara spobntan dari kilat di puncak Gunung Malaya di Sri Lanka. Menurut beberapa versi yang lebih dipercaya, dan berdasarkan catatan dikte Padma sendiri, ia terlahir bersih tanpa ayah dan ibu dari bunga teratai di Danau Dhanakosha di negeri Urgiyan; beberapa orang percaya bahwa aku terlahir sebagai Pangeran Urgiyan; orang lain percaya bahwa Aku muncul dari kilat di puncak Nainchak. Ada banyak kepercayaan berbeda yang dianut berbagai orang, karena aku telah muncul dalam berbagai bentuk. Akan tetapi, dua puluh empat tahun setelah Buddha Shkayamuni Parinirvana, Adibuddha Cahaya Tanpa Batas, Amitabha, memendam Pikiran Pencerahan dalam bentuk Yang Maha Welas Asih, Avalokitesvara, dan dari jantung Yang Maha Welas Asih, aku, Padma, Guru kelahiran Teratai, teremanasi sebaagi suku kata HRI. Aku datang bagaikan hujan di seluruh dunia dalam milyaran bentuk bagi mereka yang siap menerimaku. Tindakan Yang Tercerahkan adalah tidak dapat dipahami! Siapakah yang mampu mendefinisikan atau mengukurnya?” Padma melanjutkan bahwa salah satu dari bentuknya adalah kelahiran sebagai Pangeran Oddyian, yang ditakdirkan untuk memerintaj negeri itu dan menjadikan negeri itu Buddhis sepenuhnya. Setelah itu ia pergi ke India, memulai karir spiritualnya.

Buddha Shkayamuni meramalkan bahwa “kelak setelah parinirvana, setelah dua belas tahun berlalu, penakluk terbaik di seluruh dunia, aku, akan muncul lagi, di tanah Uddiyana, dan, dengan nama Padmasambhava, aku akan mengajarkan Doktrin Mantrayana.” Ketika Buddha Shakyamuni akan segera memasuki Nirvana, ia berkata kepada para siswanya yang bersedih: “Dunia adalah tidak kekal dan kematian tidak terhindarkan bagi semua makhluk hidup, saatnya kepergianku telah tiba. Tetapi janganlah menangis; karena dua belas tahun setelah kepergianku, dari bunga teratai di Danau Dhanakosha, di sudut barat-laut di negeri Urgyan, akan lahir seorang yang lebih bijaksana dan lebih perkasa secara spiritual daripada diriku. Ia akan bernama Padmasambhava, dan olehnya Doktrin Esoterik akan ditegakkan.”


Kerajaan Indrabhuti

Di negeri Uddiyana, di barat laut Kashmir yang terletak di sebelah barat Bodhgaya, seorang raja buta bernama Indrabhuti berkuasa. Putera Raja yang masih bayi meninggal dunia, dan tidak lama setelahnya, musim kering membawa bencana kematian dan kemelaratan, kelaparan dan kematian melanda penduduk negeri itu, Indrabhuti berkonsultasi dengan Asenya, seorang petapa, yang menasihati bahwa hanya dengan perbuatan baik, seperti kedermawanan, dan keyakinan dan tekad yang tanpa kenal lelah, akan memunculkan keberuntungan yang lebih baik. Indrabhuti, mengikuti nasihat ini, memberikan persembahan berlimpah kepada Tiga Permata, membacakan Sutra Awan Dharma, dan berjanji untuk membagikan seluruh kekayaannya kepada penduduk yang menderita. Ia membuka pintu tiga ribu lumbung dan gudang hartanya, dan membagikan dana kepada yang memerlukan hingga kekayaannya habis. Akan tetapi, barisan para pengemis masih belum berakhir, dan mereka yang tidak menerima jatah mereka memperingatkan raja bahwa jika ia tidak memasukkan mereka, maka jasa dari kedermawanannya sebelumnya akan menjadi minim.

 Sang raja sedih, karena ia merasakan bahwa tidak ada kebahagiaan yang mendatanginya di dunia ini. Ia tidak memiliki penglihatan juga tidak memiliki putera, dan ia sadar bahwa ia kekurangan Dharma. Ia bersedih atas kemalangan dari rakyatnya. Indrabhuti berdoa kepada para dewa dan para roh pelindung dari segala keyakinannya yang tersisa dan melakukan upacara dan ritual api pengorbanan untuk menghalau semua roh dan siluman jahat. Ia menyatakan bahwa agama adalah hampa dari kebenaran dan memerintahkan agar para dewa dan roh pelindung itu dihancurkan. Sebagai jawaban, para dewa dan roh mengirimkan badai, angin, hujan batu dan darah, dan menakuti rakyat Uddiyana yang kesengsaraannya meningkat.

Avalokitesvara, yang mengamati semua kesengsaraan itu, memohon bantuan dari Amitabha. Segera, kondisi kerajaan membaik. Indrabhuti terus meyakinan bahwa hanya dengan melalui perbuatan baik, seperti kedermawanan tanpa batas, maka pemulihan dapat tercapai. Ia telah tergerak oleh peringatan para pengemis dan terinspirasi untuk melakukan persembahan dana dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya. Harta kerajaan habis, Indrabhuti memulai pelarayan menuju Tanah Permata untuk mencari kekayaan tanpa batas untuk memuaskan banyak pengemis. Ia bertemu dengan Charumati, puteri Raja Naga, yang memiliki Permata Pemenuh-Harapan, dan membujuknya untuk memberikannya kepadanya. Indrabhuti kembali dengan sejumlah besar harta, termasuk Permata itu, yang membantunya memulihkan penglihatan dari mata kirinya yang buta sebelumnya. Ia memanfaatkan permata itu dengan baik, dan apapun yang diinginkan oleh rakyatnya secara literal turun dari langit.


Kelahiran Padma yang tanpa noda dan kedatangannya ke Istana

Pada hari ke sepuluh bulan ke enam tahun Monyet, Buddha Amitabha, dengan penglihatannya yang Maha Tahu dan tanpa halangan, melihat saatnya telah tiba untuk memajukan Dharma. Ia melihat Indrabhuti yang telah kehilangan puteranya. Ia melihat para siluman dan roh jahat berkuasa di mana-mana, khusunya para Raksasha Kanibal di Tibet yang cenderung menghancurkan umat manusia. Ia melihat raja besar Trisong Detsen di Tibet yang akan membantu menyebarkan Dharma. Karena kelahiran gaib diperlukan untuk mentransmisikan ajaran Tantra dan menginspirasi keyakinan dalam Dharma, Amitabha, yang juga telah melihat Danau Dhanakosa yang berwarna biru kehijauan dan tanpa noda, mengirimkan berkas cahaya merah dari lidahnya yang menembus danau. Sekuntum teratai berwarna-warni dan tanpa noda, muncul di hutan teratai di sebuah pulau di tengah danau berwarna biru kehijauan, dengan tangkai yang besar sehingga lengan seseorang tidak dapat melingkarinya. Dari tengah jantung Amitabha, sebuah vajra emas muncul, ditandai dengan huruf HRIH, yang mengambang ke dalam kuntum bunga teratai itu. Huruf HRIH secara ajaib berubah menjadi seorang anak yang manis, berumur delapan tahun, menyerupai Sang Buddha. Ia memegang sebuah vajra kecil, sekuntum teratai, dan tombak bermata tiga, dan dihiasi dengan tanda-tanda mayor dan minor seorang Buddha. Anak ini mengajarkan Dharma yang mendalam di pulau itu kepada para dewa dan dakini di wilayah itu.

Kira-kira pada bulan pertama musim gugur di tahun Naga, Raja Indrabhuti, yang baru kembali dari pelayarannya, bermimpi bahaw ia memegang sebuah vajra emas yang menerangi seluruh kerajaannya, sementara para menterinya bermimpi tentang seribu matahari terbit, menerangi seluruh dunia. Setelah menerima ramalan kelahiran makhluk agung, raja mengutus menterinya untuk mencari kelahiran gaib tersebut. Sang menteri menemukan anak itu, berumur lebih kurang delapan tahun, duduk di atas sekuntum teratai di tengah-tengah Danau Dhanakosa. Aura pelangi mengelilingi makhluk agung tersebut, dan para dakini mengelilinginya. Raja Indrabhuti dan para menterinya menyadari bahwa anak itu adalah penjelmaan makhluk agung. Ketika berbicara dengan anak itu, raja memperoleh kembali penglihatan mata kanannya. Anak itu menyatakan bahwa ia masuk ke dunia ini demi kebaikan semua makhluk dan untuk menaklukkan mereka yang jahat demi kebaikan Dharma. Ia berkata, “Ayahku adaklah Samantabhadra yang muncul dengan sendirinya, Ibuku adalah alam kenyataan, Samantabhadri. Kastaku adalah gabungan kebijaksanaan primordial dan Dharmadhatu. Dan namaku adaklah Padmasambhava yang agung.”

Indrabhuti memberinya nama Padmakara, Kelahiran Teratai, dan membawanya ke istana. Ketika Padma dikawal ke istana Raja Indrabhuti, ia mengenali symbol-simbol masa depannya di sepanjang jalan. Ia melihat seekor ikan tertangkap oleh mata kail dan terlempar bergetar dan melompat ke dalam jarring, yang melambangkan bahwa PAdma akan terbelenggu sebagai penguasa kerajaan Indrabhuti. Ia juga melihat seekor ayam hutan, yang membebaskan diri dari semak berduri, dikejar oleh seekor gagak, melambangkan pelepasan keduniawiannya di masa depan, ia melihat seekor tikus yang dibunuh, sehingga ia tidak dapat kembali ke rumahnya, melambangkan pengasingan yang akan ia terima begitu ia melanggar hukum raja.

Raja mengangkat Padma sebagai putera mahkotanya dan mendudukkannya di atas singgasana permata berharga. Padma menjadi dikenal sebagai Bodhisatta Pangeran dan dinyatakan sebagai raja.

 Masa muda dan Perkawinan Padma

Padma tumbuh di istana raja dan selalu aktif., masa muda dan kelak meninggalkan keduniawian serupa dengan kisah Sang Buddha. Di usia tiga belas tahun, Padma menetapkan hukum baru yang berdasarkan pada sepuluh sila. Ia duduk di atas singgasana emas dan berwarna-warni ketika para pendeta melakukan upacara religius demi kesejahteraan kerajaan. Buddha Amitabha, Avalokitesvara dan para Raja Pelindung di sepuluh penjuru datang untuk menobatkannya, dan mereka menamainya Pema Gyalpo, Raja Teratai. Kerajaan Indrabhuti menjadi makmur dan rakyat puas. Padma adalah seorang yang cepat belajar, dan unggul dalam seni dan filosofi. Ia maju dengan cepat dari murid menjadi guru, akhirnya menamatkan pembelajaran dari segala jenis guru manusia dan bukan-manusia.

Ia tidak tertandingi dalam hal Atletik dan khususnya terkenal dalam hal memanah dan ketangkasan fisik lainnya

Padma mampu menembakkan anak panah melewati lubang jarum. Ia dapat menembakkan tiga belas anak panah berturut-turut, yang satu menembus yang lainnya, dan kekuatan anak panahnya mampu menembus tujuh pintu. Suatu kali ia mengangkat sebutir batu berukuran sekor yak dan melemparkannya begitu jauh, batu itu tidak terlihat lagi. Ia mampu berlari mengelilingi kota tiga kali dalam satu tarikan nafas dengan kecepatan anak panah. Ia juga dapat menangkap seekor elang yang sedang terbang dan mengungguli ikan dalam renang.

Padma sering bepergian sendirian dengan berjalan jauh, dan suatu hari, ketika bermeditasi di Hutan Kesedihan di dekat istana, ia bertemu dengan para Arahant yang memberi hormat dan melantunkan puji-pujian kepadanya. Raja Indrabhuti mengamati kecenderungan Padma untuk beermeditasi dan melihat ketidak-membeda-bedakannya terhadap aktivitas-aktivitas dan kenikmatan kehidupan biasa. Khawatir bahwa ia akan meninggalkan kerajaan, raja berunding dengan para menterinya, dan mereka memutuskan untuk mencarikan seorang puteri untuk Sang Kelahiran Teratai. Pangeran menyadari bahwa rencana ini digunakan untuk mengikatnya pada kehidupan rumah tangga, maka ia menolak seluruh ribuan gadis yang diberikan. Akan tetapi, karena desakan raja, Padma mempersiapkan suatu gambaran jenis gadis yang akan ia terima. Gadis itu haruslah “seorang gadis dengan sedikit keinginan, kebencian, atau kesalahan, dan yang tidak bertindak berlawanan dengan pikiranku!” ia berkata bahwa ia menginginkan “seorang istri yang berasal dari silsilah murni, mampu mengubah pikirannya, ia yang tidak bermuka dua juga tidak pemarah, yang tidak pencemburu juga tidak kikir, dan yang bersifat rendah hati.” Seorang gadis yang baik dan menarik bernaam Bhasadhara ditemukan di Singala, sebuah negeri tetangga,. Raja Chandra Kumar, ayah Bhasadhara, dengan menyesal menolak lamaran itu, karena perkawinan Bhasadhara dengan Pangeran Singala telah diberlangsungkan. Raja Indrabhuti menggunakan Permata Pemenuh-Harapannya, untuk membawa Bhasadhara dan seluruh gadis pelayannya secara gaib ke istana raja. Ia dikawinkan dengan Pangeran Kelahiran Teratai, dan dinobatkan sebagai Ratu. 499 gadis pelayannya juga dikawinkan dengan Pangeran, karena adalah kebiasaan di Uddiyana bahwa seorang Raja memiliki 500 istri.


Meninggalkan Keduniawian

Selama lima tahun Padma mengalami kebahagiaan duniawi sebagai seorang peumah tangga. Ia memerintah kerajaan Uddiyana sesuai dengan Dharma. Pertanda yang meramalkan perubahan besar terjadi. Raja Inderabhuti berminmpi bahwa matahari dan bulan terbit pada waktu yang sama, dan bahwa terdapat banyak kesedihan di Istana. Sewaktu berjalan di Hutan Kesedihan, Padma memperoleh penglihatan akan symbol-simbol Buddhis di langit. Symbol-simbol itu termasuk Roda Emas surgawi, tujuh permata kerajaan, tujuh benda berharga, tujuh benda yang perlu, dan tujuh obyek suci. Roda, misalnya, berarti bahwa ia akan memerintah dunia dengan kebijaksanaan atau memutar roda Dharma. Ini menyiratkan bahwa Padma akan menjadi Cakravartin, seorang penguasa manusia universal, atau seorang pemimpin spiritual atau Raja Dharma.

Pada saat itu, Dhyani Buddha Vajrasattva, disertai oleh tujuh puluh dua ribu dewa, muncul di langit di lengkungan pelangi dan meramalkan:

   Di tengah-tengah istana kerajaan
   Berdiri Raja Dharma
   Dikelilingi oleh sekumpulan ratu cantik
   Masing-masing berkumpul di tempatnya masing-masing, semuanya tidak bahagia
   Dan dengan hati takut, mereka bersedih.
   Waktu mereka telah habis –
   Ia akan menolak kerajaan sebagai sesuatu yang busuk.

Sejak awal, Padma telah menyadari bahwa, dengan menerima tahta dan karena terikat oleh ayahnya, sang raja, ratunya, dan kerajaannya, ia tidak akan mampu memberikan manfaat kepada banyak makhluk hidup. Ia juga memahami kelemahan dari kehidupan duniawi, dan ketidak-puasan, sifat ilusi dari dunia. Mengingat pelepasan keduniawian agung Sang Buddha, Padma bertekad bahwa saatnya telah tiba untuk meninggalkan tahtanya, kelurganya dan kerajaannya.

Menurut satu kisah, ketika Raja mmenentang rencana Padma untuk bergabung dengan Sangha Monastik, Padma mengancam untuk bunuh diri, berpura-pura akan menusuk dirinya dengan pedang. Raja menerima kata-kata Padma, dan memutuskan adalah lebih baik baginya untuk bergabung dengan Sangha daripada melakukan ancamannya. Menurut legenda umum, Padma menemukan cara-cara terampil untuk mewujudkan pelepasan keduniawiannya. Dengan memiliki kemampuan untuk melihat kehidupan lampau dan kehidupan masa depan, ia menyadari bahwa suatu perbuatan yang jelas negative, jelas-jelas adalah negative, melibatkannya dalam karma membunuh, sesungguhnya adalah belas kasihan, tetapi akan menyebabkan raja dan para menterinya mengusirnya dari negeri itu. Dua makhluk yang berada dalam siklus buruk karena karma masa lampau mereka sedang menjelang kematian, dan akan pergi ke neraka. Salah satunya terlahir kembali sebagai seorang anak dari seorang pengikut raja, dan yang lainnya terlahir sebagai lebah. Lebah itu berada di dekat kepala anak itu, dan Padma melemparkan batu pada lebah itu, menyebabkan lebah itu menyengat kening anak itu, yang membunuh baik anak maupun lebah itu. Ini adalah perbuatan belas kasihan, karena ia mencegah anak dan lebah itu pergi ke neraka. Dalam kecemasan penduduk Uddiyana, adalah suatu perbuatan aneh dan jahat dan tidak konsisten dengan bagaimana mereka memperlakukan Padma. Walaupun tidak menyesal, Sang Kelahiran Teratai tidak memusuhi salah satu dari keduanya.

Padma dituntut atas kejahatan itu, dan dibawa ke hadapan raja untuk dihukum. Indrabhuti puas dengan penjelasan Padma bahwa jika perbuatannya dipahami dengan benar, maka hukum tidak dilanggar. Raja membayar denda atas pembunuhan orang, namun mengurung Padma dalam istana dengan penjagaan. Selama dipenjara, Pangeran mendekati ayahnya dan memohon bahwa ia tidak memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan istana, yang dikarakteristikkan dengan kelambanan dan kegaduhan, dan bahwa ia ingin meninggalkan kerajaan. Ia menyatakan bahwa ia akan menjadi Buddha dalam satu kehidupan dan akan mengajarkan Dharma. Untuk membujuk ayahnya yang tidak menyetujui, Padma menjelaskan ketidak-kekalan dari kehidupan berkondisi, bagaimana kematian akhirnya akan memisahkan kita dari segala sesuatu yang kita anggap berharga, dan bagaimana kita harus mengembara sendirian dalam bardo yang tidak diketahui, yang menunjukkan sifat ilusif dari realitas. Akhirnya, raja menyetujui, dengan berkata, “Baiklah, adalah dalam agama batinmu telah mengambil perlindungan. Keinginanku pada seorang putera yang kucintai telah rusak. Engkau bermaksud untuk menjadi makhluk sempurna.”

Pada dini hari, untuk meninggalkan kerajaan, Padma mengumpulkan para menteri. Di teras istana, telanjang bulat kecuali kalung tulang magis, dan memegang sebuah dorje, lonceng, dan tombak bermata tiga khatvanga, Padma melakukan tarian liar dan murka. Kerumunan yang berkumpul menjadi ketakutan dan para menteri protes. Di antara kerumunan itu terdapat Katama, istri Upta, seorang menteri Raja, dan putera meraka Pratkara. Pangeran melemparkan dorje dan khatvanga kepada ibu dan anak itu. Dorje itu menembus kepala Pratkara dan khatvanga menembus jantung Katama, dan membunuh keduanya. Padma melakukan karma pembunuhan lagi. Padma menjelaskan perbuatannya ini sebagai sebelum konteks kehidupan lampau dan mendatang, tetapi bagi Upta sebuah tindakan hukuman resmi diperlukan atas pembunuhan. Raja mengataakn bahwa karena Padma bukan berasal dari manusia, melainkan penjelmaan makhluk surga, maka hukuman tidak dapat dijatuhkan padanya. Raja dan para menteri sepakat bahwa Padma harus diasingkan sebagai gantinya. Karena dewan tidak sepakat mengenai tempat pengasingan, maka Raja Indrabhuti menyatakan bahwa kemanapun Padma ingin pergi, maka itu adalah tempat pengasingannya. Ini adalah berita gembira bagi Padma, yang memiliki Hutan Pekkuburan Dingin sebagai tempat tinggalnya, dan semua menteri menyetujuinya.

Padma telah bertekad dan tidak ada apapun yang dapat membujuknya untuk tetap tinggal, tidak kesedihan raja juga tidak tangisan dan ratapan Bhasadhara dan para pelayannya. Kerumunan berkumpul dari segala penjuru untuk menyaksikan pengusiran itu. Menurut satu kisah, para menteri dengan gembira mengawal Padma menuju tempat tinggalnya yang baru. Menurut kisah lain, sementara para menteri berdebat mengenai tempat pengasingan, Empat Raja Dewa bersama para pengikutnya dan para dakini dari empat penjuru datang, bernyanyi dan menari. Mereka membawa kuda surgawi dan mendudukkan sang Pangeran di atas pelana. Ia lenyap ke alam surga melalui arah selatan selagi kerumunan itu melihat dengan terkesima. Padma turun ke bumi saat matahari terbenam dan berdiam di dalam gua, di mana ia berdoa dan bermeditasi selama tujuh hari, Padma mencapai siddhi biasa dan luar biasa, termasuk kekuatan untuk melampaui siklus kelahiran dan kematian.


Mengembangkan Seni Meditasi di Pekuburan

Pengasingan itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Padma. Ia akhirnya akan menyempurnakan meditasinya dengan mengusahakan jalannya di seluruh delapan pekuburan dan tanah pemakaman besar di India dan tempat-tempat suci lainnya, dan ia akan belajar untuk mengendalikan pengaruh-pengaruh jahat melalui praktik ketidak-melekatan.

Padma pergi ke Hutan Pekuburan Dingin, yang juga dikenal sebagai Pekuburan Cendana Dingin, terletak sepuluh mil sebelah barat daya Bodhgaya. Dikatakan bahwa Sang Buddha mengajarkan Dharma di sana. Padma segera menyadari perlunya mengalih-yakinkan para siluman dan roh-roh. Bertempat duduk di atas tumpukan mayat, ia menyebabkan para setan penghuni tempat itu gemetar ketakutan. Mereka muncul di hadapannya memberikan persembahan. Para Dakini memberikan penghormatan, dan selama lima tahun, Padma mengajarkan Dharma kepada mereka. Selama masa itu, ia menekuni praktik Yoga Sosanika, yang melaluinya ia mempelajari ketidak-kekalan, penderitaan dan kekosongan. Ia menyaksikan pemakaman-pemakaman, sanak saudara yang kehilangan dan bersedih, mayat-mayat yang membusuk, dan binatang-binatang yang saling berkelahi memperebutkan sisa-sisa mayat itu. Ia bermeditasi dengan duduk di atas mayat-mayat, menahankan praktik keras seperti memakan makanan upacara persembahan kepada almarhum, dan ia menutupi tubuhnya dengan kain pembungkus mayat. Selama bencana kelaparan, ketika makanan upacara tidak dibawa bersama mayat, Padma mengubah daging mayat-mayat itu menjadi makanan murni dan memakannya, sedangkan kulit mereka menjadi pakaiannya. Ia menaklukkan makhluk-makhluk spiritual penghuni pekuburan itu dan menjadikan mereka pelayannya. Ketika para siluman bangkit melawannya, ia membunuh yang laki-laki dan bergabung dengan yang perempuan, menguasai mereka dengan kekuatannya. Para mamo dan dakini memujanya.

Raja Arti, yang menguasai wilayah itu, kehilangan seorang ratu saat melahirkan anak. Ketika jenazahnya dibawa ke pekuburan itu. Padma mengeluarkan bayi perempuan dari rahimnya. Melihat hubungan karma dengannya, Padma memutuskan untuk membesarkan bayi perempuan itu sendiri. Raja Arti tersinggung dengan perbuatan itu dan mengirim bala tentara untuk menyerang Padma, tetapi Padma mengalahkan mereka semua dengan kemahiran memanahnya. Sebagai penyesalan atas perbuatan ini, Padma mendirikan stupa.

Selama masa ini, Indraraja, raja di sebuah wilayah Uddiyana, dan banyak rakyatnya telah beralih agama. Padma mengubah wujudnya menjadi siluman Rakshasa dengan mengikatkan seekor ular di rambutnya, dan mengenakan pakaian dari kulit manusia dan rok dari kulit macan. Dengan senjata di tangannya, ia mendatangi kerajaan Indraraja, di mana ia secara gaib mengubah tubuh raja dan para pengikutnya, meminum darah mereka dan memakan daging mereka. Batin mereka terbebaskan, dan dikirim ke alam surga, mencegah keturunan mereka jatuh ke neraka. Padma mengambil setiap perempuan untuk dirinya sendiri untuk memurnikan mereka secara spiritual dan mempersiapkan mereka untuk menjadi ibu dari anak-anak yang berkecendrungan religius.

Kemudian Padma pergi ke negeri Sahor, di mana ia berlatih di tanah pemakaman besar yang disebut Pekuburan Kebahagiaan, atau Pekurburan Hutan Kegembiraan. Di tempat ini, Dakini pemarah, penakluk Mara, memberikan berkah kepadanya. Setelah itu ia bermeditasi di Pekuburan Sosaling di selatan Uddiyana, dan menerima kekuasaan dan berkah dari dakini Perkumpulan Damai. Kemudian ia kembali ke tempat kelahirannya, dan mengajarkan Mahayana kepada para dakini setempat dalam bahasa mereka sendiri. Dengan mempraktikkan bahasa isyarat Mantra Rahasia mereka, ia memperoleh kekuatan yogis mengalahkan mereka dan para dewa di wilayah itu, ternasuk para naga dan roh-roh planet, dan mereka semua bersumpah untuk membantunya dalam misinya. Selanjutnya Padma menetap di Pekuburan Sangat Menakutkan, atau Pekuburan Hutan Lebat, di mana Vajra Varahi muncul di hadapannya, memberkahinya, dan menganugerahkan kekuatan untuk menaklukkan yang lain. Ia menerima transmisi dan pencapaian dari segala kelompok dan tingkat daka dan dakini, yang memberkahinya dan mengajarkan Dharma kepadanya. Mereka memberinya nama Dorje Drakpo Tsal, dan ia menjadi seorang yogi dan meditator besar.


Padma Mencari Guru

Padma mengunjungi Bodhgaya, yang juga dikenal sebagai Vajrasana, dan memberikan persembahan di altar. Selama menetap di sana, ia berlatih mengubah wujud, menggandakan tubuhnya menjadi bentuk lain seperti ratusan bhikkhu memberikan persembahan, atau menjadi banyak yogi, atau gerombolan besar gajah. Mereka yang menyaksikan beberapa aktivitasnya yang luar biasa bertanya siapa gurunya. Ia menjawab: “aku tidak memiliki ayah, tidak memiliki ibu, tidak memiliki guru, tidak memiliki kasta, tidak memiliki nama; aku adalah Buddha yang terlahir sendiri.” Jawaban ini membuat orang-orang menganggap Padma adalah siluman. Walaupun ia adalah penjelmaan Buddha yang terlahir sendiri dan oleh karena itu tidak memerlukan guru, ia pikir adalah bijaksana untuk mendemonstrasikan kepada generasi mendatang bahwa seorang praktisi biasa membutuhkan guru. Walaupun Dharma dan segala pengetahuan yang berhubungan dengan Dharma muncul secara spontan dalam pikiran Padma, ia memutuskan untuk memainkan peran sebagai seorang siswa kepada guru, dan sebagai murid dari segala ilmu, kemanusiaan dan seni kepada berbagai guru. Pada saat kelahirannya, delapan kelompok dewa dan siluman berkumpul dan memberi hormat kepadanya, dan semua Buddha di sepuluh penjuru muncul dan menganugerahkan kekuasaan dan berkah kepadanya. Padma tidak perlu belajar, untuk memperoleh kekuasaan, untuk memperoleh penahbisan sebagai bhikkhu, atau tunduk pada praktik pertapaan dan yoga. Ia melakukannya hanya untuk memperlihatkan kepada para pengikut awam akan pentingnya aktivitas demikian, dan untuk memunculkan keyakinan dalam dirinya.

Padma adalah seorang murid yang luar biasa. Ia segera menguasai apapun yang diajarkan kepadanya hanya sekali. Setiap subyek yang dapat dipikirkan, seni, dan keterampilan yang menarik perhatiannya, dan ia menguasainya semua dengan cepat. Padma memulai pelajrannya dengan pengetahuan duniawi, pengetahuan yang ia namakan lima seni dan pengetahuan, yang termasuk bahasa-bahasa, penyembuhan, dialektika, seni halus dan metafisik. Di Benares, Arjuna, seorang petapa, mengajarkan pengetahuan astrologi kepada Padma. Putera Jivakakumara, seorang tabib terkenal, mengajarkan segala sesuatu mengenai obat-obatan kepada Padma. Di bawah bimbingan doctor Kungi Shenyen, Padma menyempurnakan seni komposisi, bersama dengan enam puluh empat bentuk kaligrafi. Ia menguasai 360 bahasa berbeda, termasuk bahasa siluman, dewa, makhluk-makhluk ganas, dan semua makhluk lainnya dalam enam migrasi. Vishyakarma, seorang seniman besar, mengajarkan kepadanya semua seni dan keterampilan yang dapat dipikirkan, dari mengukir, melukis, dan membuat patung hingga membuat minuman keras, menenun, kerajinan kayu, membuat topi, dan menjahit. Seorang perempuan desa sederhana mengajarkan bagaimana membuat benda-benda dari tembikar kepadanya. Ia mempelajari segalanya yang harus diketahui, dan menjadi terkenal sebagai guru terpelajar dari segala ilmu terapan.

Tujuan Padma berikutnya adalah meningkatkan pengetahuannya yang sudah cukup luas mengenai Dharma. Padma bertemu dengan Ananda, yang menetap di gua para Asura, dan menetap bersamanya selama lima tahun. Ia menguasai dua belas volume aturan yang terdiri dari Getri, yang juga dikenal sebagai gerbang menuju Dharma, terdiri dari 84,000 shloka, yang berisikan semua ajaran Buddha yang penting. Beberapa biografi mengatakan bahwa Padma menerima sumpah selibat dan penahbisan ke dalam Sangha dari Ananda. Pada saat ini, para dewi bumi mempersembahkan jubah monastic berwarna jingga, dan para Buddha dari sepuluh penjuru berkumpul di angkasa dan menamainya Shakya Senge, Singa Shkya.

Ananda menjelaskan kepada Padma bahwa semua ajaran Buddha telah tercatat sejak Paranirvana. Sebagian besar dari kitab-kitab ini telah dibagi antara para Deva dan Naga yang berselisih atas kitab-kitab itu, dan yang lainnya tersembunyi di berbagai lokasi di India dan Uddiyana. Kelak, dengan bantuan para dakini, Padma mengumpulkan naskah-naskah ini dari berbagai alam dan menguasai isinya. Kemudian ia dirujuk sebagai Seorang kaya yang berkuasa di dunia.

Padma melakukan perjalanan menuju Sahor dan bertemu dengan Prabhahasti, yang mengajarkan kepadanya tiga bagian dari Yoga Tantra. Ia memahami ajaran ini dengan cepat, dan bahkan walaupun ia tidak pernah mempraktikkan Yoga Tantra, ia secara spontan mengalami penglihatan pada 37 dewa yang tergambar dalam ajaran itu.

Padma, tidak puas dengan ajaran Sutra-sutra yang ia terima dari Ananda, juga tidak puas dengan Tantra yang ia terima dari Prabahasti. Ia memutuskan untuk mencari ajaran yang tertinggi yang ada, ajaran sehubungan dengan kekosongan dan kebijaksanaan surgawi. Ia mendekati Guru Besar, Garab Dorje, dengan penghormatan tinggi, dan menerima darinya ajaran Dzongchen Nyingtik, yang juga dikenal sebagai Hati Kesempurnaan Agung. Ia melanjutkan untuk memperoleh ajaran yang lebih tinggi dengan bantuan berbagai guru. Dari Sangyey Sangwa, ia menerima seratus emanasi Hati Rahasia, sebuah ajaran sehubungan dengan 100 dewa yang damai dan kejam. Dari Sri Singha, ia mempelajari Tantra dari Heruka TErtinggi, atau Batin Kebahagiaan Belas Kasih. Dari guru Jampal Shenyen, Padma memperoleh Tantra Jampal Shinje, Penghancur Kematian. Padma akhirnya menerima instruksi dari semua guru besar di India dan negeri-negeri lainnya, termasuk Guru Ludup, Hungchenka, Vimalamitra, Jnanasutra, Dhanasanskrita, Humkara, Buddhaguhya, Mahavajra, Gridhrakuta, Devachandra, Shantigarbha, Mahasandhi dan Nagarjuna.

Lukisan-lukisan thanka yang menggambarkan Pohon Perlindungan dari Padmasambhava mengungkapkan hubungan penting dari berbagai gurunya. Umumnya, Padmasambhava ditunjukkan bersama-sama dengan istrinya, dan di atasnya digambarkan silsilah transmisi dari guru-gurunya. Di paling atas lukisan-lukisan itu menggambarkan Buddha Primordial Samantabhadra dengan istrinya Samantabhadri, dan langsung di bawah mereka adalah Vajrasattva. Di bawah guru-guru surgawi, guru-guru duniawi yang penting, Garab Dorje, Manjusrimitra, Shri Singha dan Jnanasutra digambarkan, dan di bawah mereka kita melihat banyak lagi guru personal lainnya.


Mengembangkan Delapan Manifestasi

Setiap saat Padma tidak berada di kaki para guru duniawinya. Ia berlatih dan mengajar di pekuburan, atau mengunjungi alam surga untuk menerima instruksi dari para guru surgawinya. Selama lima tahun, Padma berdiam di Pekuburan Akhir Tubuh, di negeri Baiddha, di mana ia bertemu dengan Mahapalesvara, Dewa Pelindung Dunia, yang memiliki tubuh seekor yak, kepala singa dan kaki menyerupai ular. Di tempat ini, ia membabarkan dharma kepada para dakini dan menerima nama Nyima Ozer, atau Cahaya Matahari Keemasan.

Kemudian ia pergi ke Surga Akanistha, di mana ia menerima ajaran Kesempurnaan Agung dari Buddha Primordial Samantabhadra, dan disebut Guru Urgyan Dorje Chang, atau Guru Vajradhara dari Uddyiana. Dari sanam ia pindah ke Pekuburan Kebahagiaan Meluas, juga disebut Pekuburan Kebahagiaan Bersinar, terletak di Kashmir, dan selama lima tahun ia mengajarkan Dharma kepada siluman perempuan bernama Gaurima dan para dakini lainnya. Menurut satu kisah, Padma menerima nama Loden Chogsed kali ini karena ia memperlihatkan kebaikan agung, seperti seorang ayah dan ibu, kepada seorang pembunuh yang kemurkaannya menyebabkannya diterkam oleh binatang buas.

Setelah perjalanannya ke alam surga Vajrasattva, di mana ia mempelajari yoga dan ajaran Tantra, Padma mengunjungi Puncak yang tercipta sendirinya, atau Pekuburan Banyak Gundukan yang terbentuk sendiri di Nepal. Ia menetap di tempat yang menakutkan dan menyeramkan ini selama lima tahun, menaklukkan delapan kelompok makhluk cebol, dan mengajar berbagai jenis makhluk spiritual, termasuk siluman. Sejak saat ini ia dipanggil Senge Dradog, atau Guru Bersuara Singa. Kembali di surga Buddha Samantabhadra, Padma memperoleh instruksi lengkap dalam Sembilan Kendaraan berdasarkan pada Lima Kitab Maitreya, Sembilan metode pencapai pencerahan, dan dipanggil Yang Terajarkan Sepenuhnya. Kemudian ia pergi ke Sahor, dan menetap di Pekuburan Lankakuta, di mana ia membabarkan Dharma selama lima tahun, mendisiplinkan banyak siluman menakutkan, dan menerima nama Padmasambhava, Kelahiran-Teratai. Setelah itu, ia pergi ke Pekuburan Puncak Dewa, juga disebut Tumpukan Pekuburan Besar Dunia-dunia, di negeri Khotan. Ia menerima instruksi dari Vajra Yogini mengenai metode Tantric rahasia untuk mencapai kebebasan, dan menetap di pekuburan menyeramkan ini selama lima tahun, memutar Roda Dharma kepada para dakini. Sejak saat ini, ia dikenal sebagai Dorje Drolod, Guru Penghiburan.


Para Guru Utama dan Inisiasi oleh Kungamo

 Selagi Padma sedang berlatih di pekuburan, Garab Dorje secara ajaib terlahri dari seorang perawan, puteri Raja Dharmasoka di India, sewaktu ia sedang bepergian dari rumah. Karena tidak memerlukan seorang anak tanpa ayah, ia meninggalkannya dalam sebuah celah yang terbakar, tetapi selama tujuh hari anak itu secara ajaib dapat bertahan hidup. Ia teringat akan mimpinya, sebelum melahirkan anak itu, yang mana ia diramalkan bahwa ia akan melahirkan seorang makhluk surgawi. Ia kembali dan gembira menemukan anak itu hidup, dan memberinya nama Rolang Dewa.

Anak itu tumbuh dengan cepat, dan pada usia delapan, ia mengemukakan minat besar untuk menemukan Vajrasattva. Setelah beberapa waktu, pada selang waktu ia dianggap hilang, Rolang Dewa tiba-tiba kembali dan menyatakan: “Aku telah pergi menemui Srivajrasattva untuk mendengarkan Ajarannya, dan apa yang diketahui Vajrasattva, aku juga mengetahui.” Ia melanjutjkan dengan mendemonstrasikan kebenaran yang ia akui dengan cara memenangkan perdebatan dengan lima ratus pandit besar, yang pergi, meyakini bahwa ia adalah seorang Buddha. Garab Dorje bertemu dengan Manjusrimitra di Uddiyana di pulau di Danau Dhanakosa, di mana Manjusrimitra mengajarkan kepadanya kendaraan ke-9, Atiyoga, pada saat ini, Padma mendatangi Garab Dorje, yang mengajarkan kepadanya 17 Tantra dari Dzogchen Nyingtik, dan berbagai ajaran lainnya.

Padma mencari Manjushrimitra di Gunung Malaya untuk memohon ajaran untuk menyempurnakan tingkat umur panjang vidyadhara dan mahamudra, tetapi sang guru menundanya. Sebagai gantinya, ia mengirim Padma kepaad Dakini Kebijaksanaan Kungamo untuk memohon kekuatan pendahuluan yang diperllukan. Padma pergi ke tanah pemakaman Hutan Cendana, atau Pekuburan Puncak Lanka, di mana ia menemukan Kungamo, yang berdiam di istana tengkorak. Ia memohon kekuatan usia panjang, mahamudra, dan kekuasaan atas siluman dan roh. Kungamo mengubah Padma menjadi suku kata Hung. Dengan Hung di bibirnya, ia memberikan kuasa kepada Padma untuk menjadi Buddha Amitabha, memberinya kekuatan untuk mencapai umur panjang. Kemudian ia menelan Hung, dan di dalam perutnya, Padma menerima rahasia kekuatan mahamudra Avalokitesvara. Diam-diam ia menginisiasinya menjadi Hayagriva, dan dengan cara ini memberkahinya dengan kekuatan atas segala mamo, dakini, para dewa duniawi dan roh-roh jahat. Memancarkan Hung melalui teratai rahasianya, ia memurnikan rintangan jasmani, ucapan dan pikirannya. Kungamo memberi Padma nama rahasia Loden Chogsed, Jenius Tertinggi.

Padma kembali ke Manjushrimitra, di mana ia mempelajari semua ajaran Manjushri, dan segera setelahnya, ia memiliki penglihatan Manjushri. Ia juga kembali ke Prabhahasti, dan menerima instruksi mengenai Seratus Ribu Syair Purba Vitatoma, atau Vajra Kilaya.

Salah satu guru duniawi terpenting bagi Padma adalah Pangeran Shri Singha, yang berdiam di sebuah gua di Burma. Menurut pernyataan pribadi Padma, adalah dari instruksi lisan Shri Singha maka pencerahannya tercapai. Merujuk pada instruksi-instruksi ini, Padma menulis:

   Aku, Padma dari Uddiyana,
   Mengikuti Guru Shri Sibngha.
   Ini, instruksi terakhirnya,
   Membebaskan aku, Padma.
   Walaupun tidak terbebaskan oleh tripitaka atau mantra rahasia,
   Aku terbebaskan oleh ajaran rahasia ini.
   Semoga semua mereka yang layak juga terbebaskan melalui ini.
   Semoga instruksi terakhir dan langsung ini
   Dari Guru Shri Singha
   Bertemu dengan orang yang layak yang menmiliki latihan sebelumnya!

Selama tahun-tahun belajar dan mengajar ini, Padma memperoleh seluruh pengetahuan sihir, kelahiran kembali, harta tersembunyi, usia panjang, dan kekuatan atas dunia fisik.ia memperlajari bagaimana menyadap inti sari dari berbagai benda untuk mencegah penyakit, menawarkan racun, mendapatkan penglihatan jernih, berjalan di atas air, dan memperpanjang kehidupan. Ia mengembangkan kekuatan supernormal dari indria-indria dengan hanya meminum air dan tidak makan. Ia mampu tetap hangat tanpa pakaian. Ia mengembangkan kejernihan pikiran, keringanan tubuh, dan ketangkasan kaki hanya melalui pengendalian nafas, dan ia memperoleh pembelajaran luas melalui puasa dan memahami kekosongan. Ia menguasai keterampilan menyadap obat dari pasir, dan mengubah kotoran dan daging dari mayat menjadi makanan murni. Ia bertemu dengan Buddha Obat dan para Rishi, yang memberikan kepadanya sekendi amrita yang ia minum dan itu membantunya memperpenjang hidupnya.


Mengembangkan Ajaran Tertinggi dan Melestarikan Dharma di berbagai Negeri

Setelah menyelesaikan latihannya dalam seni dan pengetahuan, menuntaskan kemahiran meditatifnya di pekuburan, menghancurkan segala keraguan dengan permohonan Sila dari semua guru-guru penting dan kontemporer, dan setelah belajar mengendalikan kekuatan kejahatan dengan melepaskan, Padma siap untuk mempraktikkan ajaran-ajaran yang lebih tinggi, khususnya ajaran panjang usia dan mahamudra, dan membangkitkan kembali dan melestarikan Ajaran Buddhisme di India, China, Uddyiana dan banyak negeri lainnya.

Akan tetapi, sebelum menyebarkan Ajaran, Padma ingin menghancurkan kekuatan jahat yang masih ada di dunia. Ia kembali ke Pekuburan Cendana Dingin di dekat Bodhgaya, mendirikan rumah tengkorak berpintu delapan, dan duduk bermeditasi di atas singgasana di dalam rumah itu. Dengan mengadopsi bentuk murka dengan Sembilan kepala dan delapan belas lengan, ia menari dalam perasaan murka. Dalam samaran ini dan lainnya, ia menaklukkan para siluman, katai dan roh jahat, membunuh mereka, memakan jantung mereka dan meminum darah mereka, dan mengirim kesadaran mereka ke tanah suci. Ia juga menaklukkan para naga ketika mengambil bentuk Hayagriva, menari di atas danau beracun. Dalam bentuk dewa murka lainnya ia menaklukkan berbagai jenis siluman, seperti yang menyebabkan wabah, penyakit, hujan es dan bencana kelaparan. Ia mengendalikan para dewa dalam samaran Manjushri Merah dan ia menaklukkan para dewa yang dipimpin oleh Brahma dengan mengucapkan mantra-mantra mereka.

Setelah menaklukkan kejahatan dengan cara-cara ini, Padma kembali ke Bodhgaya untuk melenyapkan segala pandangan keliru, menggunakan kekuatan Sutra-sutra. Melalui penggunaan mantra-mantra, ia menyadarkan semua roh-roh jahat, para naga dan para siluman yang telah ia bunuh, mengajarkan Dharma kepada mereka, menginisiasi mereka, dan membuat mereka melayani penyebab agama. Dalam Vajrasana, tempat paling suci di India, para Tirthika Hitam menimbulkan ketakutan, dan Padma menaklukkan mereka dengan kekuatan gaib. 500 terpelajar Vajrasana memohon agar Padma menjadi guru mereka. Vimalamitra, seorang terpelajar terkenal, tetap menjadi wakil Padma dan membantu melestarikan Ajaran selama 100 tahun setelah kepergian Padma.

Untuk melaksanakan niatnya untuk menyempurnakan tingkat panjang umur vidyadhara yang mana ia telah menerima kekuatan dari Kungamo, dan instruksi dari Manjushrimitra, Padma membutuhkan seorang istri spiritual yang asli. Ia pergi ke negeri Sahor, di mana Raja Arshadhara berkuasa. Padma membuat sinar memasuki rahim sang ratu ketika ia sedang menyatu dengan Raja. Seorang puteri, yang memiliki 32 tanda-tanda Buddha, terlahir dari mereka dan diberi nama Mandarava. Diramalkan bahwa ia akan meninggalkan keduniawian dan menjadi orang suci. Mandarava tumbuh dengan cepat, tumbuh dalam sehari seperti anak-anak normal tumbuh dalam sebulan. Pada usia 13, semua orang menganggapnya sebagai penjelmaan dewi. Banyak pelamar datang dari berbagai negeri, tetapi karena ia tidak menerima siapapun, Raja menjadi marah. Madarava, yang mampu melihat kehidupan lampaunya, menjelaskan bahwa ia ingin memasuki praktik religius. Sebagai akibatnya, ia dikurung dan dijaga oleh 500 pelayan dan dilarang keluar dari istana. Mandarava mampu membebaskan diri melalui jalan rahasia menuju hutan. Ia memotong rambutnya dan merusak wajahnya untuk menghilangkan kecantikannya. Raja akhirnya mengijinkan penahbisannya bersama dengan 500 pelayannya, dan ia membangunkan vihara mewah untuk mereka. Padma memutuskan bahwa saatnya telah tiba untuk memberikan instruksi kepada Mandarava, maka ia muncul di hadapannya dan para pengikutnya di taman, dalam wujud seroang pemuda tersenyum yang duduk di atas pelangi. Semua bhikshuni membungkuk di hadapannya dan bertanya kepadanya mengenai asal-usulnya. Kemudian mereka mengundangnya masuk ke dalam vihara di mana ia mengajarkan tiga yoga kepada mereka. Seorang penggembala, yang mengamati Padma bersama para bhikshuni, dan yang telah mendengarkan di pintu vihara, melaporkan kepada Raja bahwa para bhikshuni tidak bermoral. Raja mengutus bala tentara yang secara paksa masuk dan menangkap Padma. Ia memerintahkan agar Padma di bakar pada sebuah pancang dan agar Mandarava diletakkan di sebuah celah berduri selama 25 tahun. Para tentara menelanjangi Padma, memukuli dan melemparinya dengan batu, dan mengikatnya dengan tali pada sebuah pancang. Ribuan orang diperintahkan untuk membawa seikat kayu dan sedikit minyak wijen. Sehelai kain panjang direndalm dalam minyak dan dililitkan ke sekujur tubuh Padma. Dedaunan kering diletakkan di atasnya dan kayu di paling atas. Tumpukan kayu yang nmenggunung dinyalakan dari empat penjuru dan asap menutupi matahari. Banyak orang puas dan bubar kembali ke rumah mereka masing-masing. Tiba-tiba, terdengar gemuruh seperti gempa. Para dewa dan para Buddha menolong Padma.

Raja mulai curiga bahwa pengemis itu adalah seorang jelmaan penting, tujuh hari kemudian ia melihat asap terus-menerus muncul dari tumpukan kayu bakar itu. Ia menyelidiki, dan menemukan di tempat pembakaran itu, sebuah danau besar di bawah pelangi dikelilingi oleh kayu-kayu yang terus-menerus terbakar. Di tengah danau di atas sekuntum teratai duduk seorang anak berumur delapan tahun, seorang anak yang bersinar dengan aura agung, dilayani oleh delapan gadis, semuanya menyerupai Mandarava. Berkata kepada Raja, anak itu menunjukkan cara-cara jahatnya dan berhati-hati akan karma masa depannya. Raja menyesali perbuatannya. Mengenali Padma sebagai Buddha, ia mempersembahkan dirinya, kerajaannya, dan Mandarava. Padma menerima Puteri Mandarava sebagai istri spiritualnya, dan tetap menjadi guru bagi Raja, memberikan kepadanya dan 21 pengikutnya pelatihan yoga dan inisiasi. Raja menjadi seorang guru Dharrma, “negeri Sahor menjadi bertatahkan dengan yogi, dan Ajaran Buddha lestari di sana selama dua ratus tahun.”

Setelah membuat seluruh negeri memeluk Buddhisme, Padma ingin melakukan hal yang sama pada tanah kelahirannya. Pergi bersama Mandarava menuju Uddiyana, Padma dikenali oleh menteri yang anaknya ia bunuh, yang mencoba untuk membakarnya hidup-hidup sekali lagi. Sekali lagi Padma mengubah api itu menjadi danau, yang di tengahnya ia dan Mandarava duduk di atas sekuntum teratai besar. Raja dan para pengikutnya takjub. Mereka bersujud, mengelilinginya, dan melantunkan puji-pujian. Raja Indrabhuti tercerahkan ketika Padma memberikan instruksi kepadanya yang menyebabkan ia mengenali sifat pikirannya. Raja dan semua pengikutnya menjadi para pengikut, dan Padma menetap selama 13 tahun sebagai pemimpin spiritual di istana.

Padma kembali kepada persoalan spiritual yang belum selesai. Ia bepergian bersama dengan Mandarava menuju Gua Maratika di Nepal, yang dikatakan terletak di dekat Potala di mana Avalokitesvara berdiam, untuk menyempurnakan tingkat umur panjang vidyadhara dengan melatih Sadhana kehidupan Abadi. Bersama-sama mereka berdoa kepada Buddha panjang umur, Amitayius, selama 3 bulan 7 hari. Setelah itu, Amitayis muncul di hadapan mereka dalam suatu penglihatan, dan memberikan kepada mereka naskah ritual yang memberikan keabadian. Dengan membawa vas-berisi-nectar kehidupan abadi, ia menuangkan nectar itu ke mulut mereka dan mengubah tubuh mereka menjadi tubuh vajra, menganugerahkan kepada mereka kekebalan sejak lahir dan kematian hingga akhir kalpa. Mereka juga menerima siddhi transformasi menjadi pelangi, dan siddhi menjadi tidak terlihat. Padma dan Mandarava kembali ke alam manusia and bermeditasi di dalam gua barisan gunung tinggi, di negeri Kotala, mempraktikkan yoga mereka selama 12 tahun, sementara Raja Kotala, Nubsarupa, menyediakan semua kebutuhan mereka.

Selama masa ini, Padma melihat bahwa Raja Arshadhara, ayah Mandarava, telah terlahir kembali sebagai Mandhebhadra, puteri Nubsarupa. Ia juga melihat bahwa di pekuburan besar yang disebut Tawa Hinaan Keras, sejumlah besar binatang buas kelaparan karena kekuarangan mayat. Padma merasa kasihan pada binatang buas ini, tetapi ia gagal memuaskan rasa lapar mereka dengan memberikan tubuhnya sendiri, karena tubuh vajra tidak dapat dimakan. Ia menyusun rencana untuk membuat Mandhebhadra mempersembahkan dirinya kepada binatang-binatang itu dengan membangkitkan rasa kasihan kepada binatang-binatang buas itu. Ia berkata kepadanya bahwa dengan mempersembahkan dirinya kepada binatang-binatang itu, mereka akan terlahir kembali sebagai manusia dan bukan turun ke neraka, dan ia akhirnya akan terlahir kembali sebagai Raja Tongsten Ganmpo di Tibet. Sebagai Tongsten Gampo, ia akan bekerja sama dengan binatang-binatang buas yang terlahir kembali sebagai manusia untuk menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk. Gadis itu memberikan dirinya kepada binatang-binatang itu, dan masa depan terungkap seperti yang diramalkan oleh Padma. Raja Nubsarupa, yang bersedih atas kehilangan puterinya, berpaling pada Dharma setelah ia memahanmi manfaat dari peristiwa ini.

Setelah ini, Padma mengungkapkan dirinya di kota Pataliputra, di Kusumapura, India, di mana Ashoka, raja agama ini, memicu perpecahan dalam Ajaran. Adalah perselisihan antara Mahasanghika, para bhikkhu muda, dan Sthavira, kelompok kecil para bhikkhu tua. Ashoka memerintahkan untuk membunuh bhikkhu yang lebih muda, dan para bhikkhu tua dipukul dan dibiarkan mati. Padma mendekati Raja dalam wujud seorang bhikkhu peminta-minta. Ashoka curiga dan merasa bahwa ia sedang melihat sesuatu yang menjijikkan. Ia memerintahkan agar Padma direbus dalam sebuah kuali minyak hingga lenyap. Akan tetapi, bhikkhu itu muncul tanpa terluka, duduk di atas kuntum teratai yang tumbuh dalam minyak di kuali dan menjulang ke udara. Raja Ashoka segera menyadari kesalahannya dan menjadi dikuasai oleh penyesalan. Ia berziarah ke Pohon Bodhi, memberikan dana, dan bekerja untuk menyebarkan ajaran. Ia menjadi dikenal sebagai Ashoka yang Adil.

Padma mengunjungi banyak negeri lainnya untuk menegakkan Dharma. Raja Singala menjadi penyokong dan siswanya. Padma menetap di Singala selama hampir 200 tahun dan mengalih-yakinkan penduduk menjadi Buddhisme Mahayana. Di Bengal, ia menegakkan Buddhisne setelah mengalahkan raja dan menaklukkan kerajaan dengan bala tentara ciptaan yang berjumlah 81000 prajurit bersenjatakan busur dan anak panah. Ia mengalih-yakinkan non-Buddhis di Bodhgaya dengan memenangkan perdebatan panjang, dan mendapat nama Guru Senge Dradog, Guru Auman Singa. Ia pergi ke Jambumala, Parpata, Nagapota, dan Kashakamala dan banyak tempat berbeda, dan di setiap tempat ia mendukung dan meningkatkan praktik Buddhis yang telah ada atau memperkenalkan yang baru.

Untuk menyempurnakan tingkat vidyadhara dari mahamudra, Padma pergi ke Gua Yangelsho, sekarang dikenal sebagai Palphing, antara India dan Nepal. Pada saat ini, Shkayadevi, puteri raja Nepal, menjadi istrinya dan menyertainya ke gua ini. Padma menulis: “Dalam ketinggian gua meditasi di Yangleysho, aku memulai proses menjadi sadar akan keluhuran Kenyataan Heruka dari Pikiran untuk memperoleh kekuatan relative emosi dan belas kasihan tertinggi dari mahamudra.” Ia berlatih bersama dengan sang puteri dan mencapai pencapaian tertinggi melalui sadhana yang mendalam dari dewa Vajraheruka dan Vajrakilaya, yang ia gabungkan dalam satu latihan tunggal. Latihan Padma terhenti karena Naga Gyongpo, Yaksha Gomakha dan Logmadrin, siluman alam gaib, menghentikan hujan selama tiga tahun. Ini menyebabkan kekeringan, kelaparan dan penyakit yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat India dan Nepal. Padma mengetahui bahwa para dewa lokal menghalangi pencapaiannya akan mahamudra. Oleh karena itu ia memohon kepada gurunya Prabahasti untuk memberikan kepadanya sebuah alat untuk mengatasi halangan ini. Prabahasti mengirimkan naskah Purba Vitotama yang tidak dapat diangkat oleh satu orang. Ketika naskah besar itu datang, para siluman teratasi hanya dengan kehadirannya. Demikianlah rintangan kemajuan sadhana Padma dilenyapkan, dan ia mencapai penembusan mahamudra.

CATATAN:

1. Jika kita menganggap Padma sebagai seorang manusia biasa, kita tidak akan melihat kualitas tercerahkan dari seorang Buddha. Dalam Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Shkayamuni menggambarkan bahwa seorang Buddha dapat mengubah sesaat menjadi satu kalpa dan satu kalpa menjadi sesaat. Kendali atas fenomena ini adalah satu contoh kekuatan luar biasa dari seorang Buddha, yang tidak dapat dijelaskan oleh makhluk-makhluk biasa atau bahkan memahaminya. Sebagai tambahan, persepsi makhluk-makhluk adalah relatif. Satu tindakan Buddha Shakyamuni dilihat dalam berbagai cara oleh siswa-siswa berbeda Karena perbedaan kapasitas mereka. Pengikut Hinayana melihat kegaiban agung Sang Buddha bertahan selama satu hari, sementara pengikut Mahayana melihatnya bertahan selama berhari-hari. Biasanya, kita membicarakan Tiga Pemutaran Roda Dharma. Kadang-kadang kita melihat referensi pada Empat Pemutaran atau Lima Pemutaran. Orang-orang biasa melihat Buddha memberikan sejumlah besar ajaarn lain, seperti Avatamsaka, Kalachakra, dan sebagainya. Ini adalah contoh dari relativitas persepsi manusia. Dengan keterbatasan ini, bagaimanakah kita dapat mengharapkan untuk memahami misteri dari jasmani, ucapan dan pikiran seorang Buddha seperti Padma? Para individu biasa, dan bahkan para bodhisattva, tidak memahami bagaimana para Buddha atau siddha agung mampu mengubah waktu, memperlihatkan banyak perwujudan dari bentuk jasmani mereka, dan memperlihatkan banyak keajaiban lain. Oleh karena itu, kita harus membuat kelonggaran atas aktivitas-aktivitas luar biasa atau yang tidak dapat dijelaskan dengan bersandar pada keyakinan.

2. Yeshe Tsogyal adalah siswa akrab Padmasambhava dan penjelmaan Sarasvati, Dewi Pembelajaran. Mengikuti apa yang didiktekan oleh Padma, ia menyusun aturan-aturan Padma yang dikenal sebagai Padma bKahi Thang Yig yang terdiri dari dua versi, satu ditulis dalam prosa dan yang lain dalam puisi. Karya ini adalah satu dari banyak otobiografi yang membentuk Literatur Kathang bahwa Padmasambhava menyusun, secara fisik menyegel, dan menyimpannya di tempat aman demi generasi mendatang. Padma memerintahkan Yeshe Tsogyal untuk menmgubur naskah itu dalam berbagai gua rahasia, bersama dengan berbagai benda lainnya yang telah ia sembunyikan di sana. Versi prosa dari Padma bKahi Thang Yig kelak ditemukan oleh Terton Sangye Lingpa dalam gue cerminan Pouri, dan terdiri dari gulungan yang ditulis dalam bahasa Sanskrit bersama dengan terjemahan lengkap dalam bahasa Tibet. Karya ini membentuk dasar bagi terjemahan seperti “An Epitome of the Life and Teachings of Tibet’s Great Guru Padmasambhava” menurut Biografi Yeshe Tsogyal, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Sardar Bahadur S. W. Laden, dalam Tibetan Book of The Great Liberation, ed. W. Y. Evan Wentz. Yang ke dua, versi yang lebih panjang dari karya yang sama dalam 108 canto, ditemukan oleh Ogryen Lingpa dalam Gua Batu Kristal di Yarlung, ditulis dalam puisi, dan menjadi dasar bagi The Life And Liberation Of Padmasambhava, diterjemahkan dari bahasa Perancis oleh Kenneth Douglas & Gwendolyn Bays, Dharma Publishing, 1978. kedua bersi dari Padma bKahi Thang terutama terdiri dari ajaran Guru Padmasambhava, tetapi belakangan para komentator telah menambahkan dan menyisipkan  materi-materi yang mereka temukan sendiri menyebabkan karya ini menjadi agak tidak dapat diandalkan sebagai sumber sejarah. Kedua versi juga berbeda dalam banyak rincian penting. bKa’ Thang Zab Rgyas, Deep and Vast Chronicles dalam empat jilid, salah satu penyajian yang sangat ekstensif dari kehidupan Padmasambhava juga sama tidak murni dan tidak diterjemahkan. Salah satu sumber terbaik dari informasi asli, yang pertama dikenal otobiografi ternma, disebut Sanglingma Life Story, juga tercatat oleh Yeshe Tsogyal, dan dimasukkan oleh Jamgon Kongtrul dalam jilid pertama dari koleksinya yang terkenal dari harta terma yang dikenal sebagai Rinchen Terdzo. Ini adalah dasar bagi The Lotus Born: The Life Story of Padmasambhava diterjemahkan dari bahasa Tibet oleh Erik Pema Kunsang, Sambhala Publication 1993. Yeshe Tsogyal menyembunyikan Salingma di bawah patung dewa tantra Hayagriva di altar Kuil Tembaga di vihara Samye, dan kelak ditemukan oleh Nyang Ral Nyima Oser. Dalam kata pengantar dari The Lotus Born, Dilgo Kyentse Rinpoche menjelaskan bahwa berdasarkan pada cara yang berbeda para makhluk melihat kenyataan maka terdapat sejumlah besar riwayat hidup Padmasambhava yang bersesuaian yang mana Saglingma adalah raja. Karya ini meringkas banyak biografi, otobiografi dan sejarah lainnya, dan juga berisi hal-hal utama dari ajaran Padmasambhava serta instruksi lisan dan nasihat terakhir. Karya ini membahas tentang bagaimana ajaran menyebar ke Tibet dan bagaimana Padmasambhava mengalih-yakinkan para siswa di negeri itu. Sebuah synopsis yang baik dari The Life terdapat dalam The lEgend of the Great Stupa and The Life Story of the Lotus Born Guru yang diterjemahkan oleh Keith Dowman. Sebagai tambahan pada otobiografi terdapat berbagai biografi yang ditulis oleh orang-orang lain yang umumnya berdasarkan pada therma. Yang paling unggul di antara karya-karya ini adalah Threefold Confidence: A Life Story of Padmasambhava oleh Taranatha dari abad 16.

Kata Tibet “namtar,” yang menggambarkan jenis tulisan ini sebenarnya berarti “complete liberation (kebebasan sepenuhnya)” dan seharusnya tidak diterjemahkan “life story (riwayat hidup)” tulisan-tuklisan namtar adalah penuntun yang mana para siswa menurunkan instruksi, sering kali tidak secara jelas, serta inspirasi, dengan mempelajari teladan kehidupan dari gurunya, dan masing-masing bab atau bagian sering kali menjelasjan tahap tertentu atau praktik sang jalan.

3. Ramalan oleh Buddha Shakyamuni atas kemunculannya kembali sebagai Padmasambhava terdapat dalam banyak Sutra dan Tantra. Kutipan ini berasal dari Tantra Bla-med don rdzogs ‘dus-pa. Ramalan serupa dapat ditemukan dalam Tantra bka’ ‘dus: “Seorang makhluk agung yang termashyur yang akan menjadi satu dengan diriku, Kelahiran Berlian dari Danau, sejalan dengan ordonasiku, akan muncul di masa depan. Ia akan memberikan instruksi secara luas, di tanah Zahor, mengajarkan kepada Raja Asradhara dan yang lainnya Aturan-aturan Gabungan, Kendaraan Meditasi Agung ini.” Dalam Sutra dbus ‘gyur tshal lung bstan-ba disebutkan: “Empat puluh dua tahun dari sekarang, di pulau di danau Dhanakosa, melalui kelahiran spontan dari teratai, Padmasambhava akan muncul, Raja Ajaran dari Formula Rahasia.” Beberapa naskah lainnya yang berisikan ramalan ini adalah Immaculate Goddes Sutra, Sutra of Inconceivable Secret, Tantra of the Ocean of Ferocious Activity, Tantra of the Perfect Embodiment of the Unexcelled Nature, Nirvana Sutra dan Sutra of Predictions in Magadha.

4. Dikutip oleh Evans Wentz, ibid, p.105. sumber asli dari kalimat ini, seperti yang dikutip oleh Wentz, adalah Mahaparinirvana Sutra. Walaupun ramalan Sang Buddha terbukti sangat akurat sehubungan dengan rincian kelahiran Padmasambhava, pernyataannya sehubungan dengan kemuliaan Padma dibandingkan dirinya sendiri tidak diartikan secara literal melainkan secara hiperbolis oleh beberapa pembaca, karena bagaimana mungkin ada orang yang lebih mulia daripada Sang Buddha? Akan tetapi, dapat diperdebatkan bahwa Padmasambhava lebih mulia daripada Buddha Shkayamuni dalam hal bentuk manusianya karena ia tidak mudah diserang oleh ketuaan, penyakit dan kematian. Terlebih lagi, ada kepercayaan berdasarkan pada kalimat dalam Kanjur, bahwa Buddha Shkayamuni terlahir kembali sebagai Padmasambhava untuk tujuan khusus membabarkan doktrin Tantra.ia dikutip sebagai mengucapkannya pada saat meninggal dunia, sebagai jaawban atas pertanyaan mengapa ia tidak mengajarkan Tantra, bahaw ia tidak layak melakukan itu karena telah terlahir dari rahim seorang manusia, dan bahwa hanya kelahiran yang melampaui manusia yang menghasilkan tubuh yang luar biasa murni yang diperlukan untuk mengungkapkan Tantra. Dari sudut pandang absolute tidak ada makhluk yang lebih unggul daripada Sang Buddha. Apa yang dimaksudkan di sini adalah bahwa emanasi seorang Buddha tertentu mungkin, secara relative, lebih superior dari emanasi lainnya. Dalam Nirvana Sutra Buddha Shakyamuni menguraikan lima kualitas dari emanasinya sebagai Padmasambhava yang membuatnya lebih unggul daripaad yang lainnya.

Kyeho! Dengarlah, Seluruh poengikut, dengan pikiran terpusat.

Emanasi diriku ini
Akan lebih unggul daripada emanasi lainnya di tiga masa.
Tidak tunduk pada ketuaan dan kemunduran.
Bentuknya yang unggul akan lebih unggul daripada emanasi lainnya.
Sejak awal menaklukkan empat mara,
Kekuatan kemurkaannya akan lebih unggul daripada emanasi lainnya.
Mengajarkan kendaraan yang lebih besar Kebuddhaan dalam satu kehidupan,
Pencapaiannya akan lebih unggul daripada emanasi lainnya.
Mengalih-yakinkan pusat benua Jambu dan pulau-pulau sekelilingnya,
Manfaat yang diberikan kepada makhluk-makhluk akan lebih unggul daripada emanasi lainnya.
Melampaui kematian dalam kalpa yang baik ini
Umur keghidupannya akan lebih unggul daripada emanasi lainnya.
Ini karena ia adalah emanasi Amitabha.

5. Sungai besar Sindhu, satu dari empat sungai besar yang berasal dari mata air dari Gunung Kailash, mengalir ke arah tanah selebah barat Uddiyana dan masuk ke Laut Arab. Dimana sungai itu sampai di Uddiyana, sungai itu membentuk sebuah danau yang penuh dengan teratai. Karena akar-akar teratai menghasilkan sari yang manis dan mengandung susu, maka disebut Laut Susu. Danau itu terletak di wilayah Dhanakosha, sebelah barat laut Uddiyana, tenggara Kamaru, kota pualam, adnau itu, juga dikenal sebagai Danau Kosha atau sebagai Danau Tanpa Noda Memesona, adalah kumpulan air yang sangat banyak dengan kualitas yang sangat murni,. Air itu memiliki delapan karakteristik yaitu murni, jernih,m sejuk, manis, harum dan beraroma menyenangkan, memuaskan dahaga dan menyehatkan. Orang-orang yang mandi di dalamnya atau meminum airnya menjadi hening, damai, tidak celaka dan tenang, dan karma negatifnya menjadi berkurang.

6. Biografi-biografi itu mengandung banyak kisah demikian dan adalah mustahil memasukkannya semua dalam ringkasan singkat kehidupannya ini. Beberapa contoh aktivitas Padma ini dimasukkan untuk mengilustrasikan transendensinya dari segala konsep dan moralitas konvensional, yang telah mengundak kritik dari pihak tertentu. Walaupun kita sering melihat gambar Padma yang diperlihatkan dengan keunggulan yang sama dengan pendiri mereka Tsongkapa, beberapa sektarian di antara Gelugpa telah melontarkan kritik yang tidak menyetujui ajaran tantra Padma. Dikatakan bahwa ia mengabaikan segala standar baik dan buruk dan ia sepenuhnya mengabaikan segala kebiasaan social, modal dan dogma, serta kebiasaan religius dan menegakkan aturan berperilaku. Keluhan dilontarkan sehubungan dengan penggunaan alcohol sebagai alat tantra dan ketidak-laziman hubungan suami-istri. Adalah di luar cakupan kita untuk membeberkan segala keberatan ini seluruhnya dan beberapa komentar seharusnya mencukupi. Padma sering memegang casngkir dari tengkorak berisikan minuman keras surgawi yang ia berikan kepada mereka yang memilihnya menjadi guru mereka. Menyuruh mereka meminumnya untuk mencapai kebebasan. Penggunaan alcohol, daging, dan seks dalam praktik trantra diterima sebagai alat untuk meningkatkan latihan dan mempercepat pencapaian tertinggi. Mereka yang belum diinisiasi menikmati alcohol, daging dan seks dalam cara yang biasa dan vulgar. Mereka yang telah diinisiasi melakukannya secara simbolis dan sebagai cara-cara yang mendalam dan terampil. Terlebih lagi, kritik pada cara-cara ini berlandaskan pada konsepsi baik dan buruk yang relatif atau terbatas. Karena kualitas Kebuddhaannya, khususnya kemaha-tahuannya, Padma mampu sepenuhnya melampaui perbedaan konseptual seperti perbedaan antara baik dan buruk. Tidak perlu memberikan banyak pertimbanagn pada opini-opini vulgar sehubungan dengan Guru Berhrga. Hanya seorang guru besar, bukan seorang dengan nafsu dan selera yang tidak terkendali, mampu memberikan dan menciptakan ajaran tertinggi yang diwariskan oleh Padma demi manfaat bagi generasi mendatang. Kritik sectarian atas karakter Padma dan tantra hanya dapat berfungsi untuk menegaskan kehidupan dan kualitas luar biasa, aktivitas dan kesempurnaan luar biasa dari Guru Besar.

7. suatu konflik muncul pada titik ini di antara berbagai otobiografi Padmasambhava. Dalam Sanglingma dikatakan bahwa Padma menerima penahbisan dari Prabhahasti dan adalah ia yang memberikan kepadanya nama Shakya Senge. Di pihak lain, menurut kedua versi bKahi Thang, Padma memohon agar Prabhahasti menganugerahkan kepadanya status brahmacharya, sumpah selibat, tetapi Prabhahasti memberitahu Padma bahwa walaupun ia dapat mengajarkan Tantra kepadanya, namun ia tidak memiliki kualifikasi untuk memberikan penahbisan, dan bahwa ia harus menemui Ananda, sepupu Sang Buddha dan siswa utama, untuk hal itu. Lebih jauh dikatakan bahwa Padma tidak menemui Ananda menuruti nasihat ini, dan bahwa ia menerima penahbisan darinya. Tidak disebutkan mengenai Ananda dalam Sanglingma, tetapi ia muncul secara menonjol dalam bKahi Thang dalam berbagai canto.

8. Beberapa dari nama ini dan lain-lainnya yang mengikuti selanjutnya merupakan delapan prinsip dan permujudan yang paling terkenal dari Padmasambhava. Dalam Mandala dari delapan perwujudan ini, Shakya Senge muncul di timur. Padma Gyalpo di selatan. Padmasambhava muncul di barat. Dorje Drolod muncul di utara. Nyima Ozer muncul di tenggara. Padma Jungnay muncul di barat daya. Senge Dradog muncul di barat laut. Loden Chogsed muncul di timur laut. Legenda-legenda berbeda memberikan asal-usul sejarah yang berbeda atas beberapa nama ini. Sosok-sosok berbeda memperlihatkan perbedaan peralatan, mudra, pakaian, danm dalam sosok murka, variasi ganjil dalam cirri-ciri fisik dan wajah. Semuanya dikelilingi oleh para dakini dari berbagai kelompok. Padma Jungnay adalah nama dari perwujudan Padma yang melakukan perjalanan ke Tibet dan mengalahkan para kanibal. Beberapa dari perwujudan menarik lainnya adalah Tsokey Dorje, Padma sebagai Raja Sahor, guru yang diramalkan oleh Buddha Shkyamuni; Guru Drakpo, memegang-kalajengking, perwujudan kemarahan; Simhamukha, sang dakini rahasia, dakini bermuka singa dan Dombhi Heruka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar