RUDRAKSHA, Air Mata Sang Rudra
RUDRAKSHA
Hikayat Rudraksha
Rudraksha dalam Konteks Filosofi dan Spiritual
Manfaat Kesehatan
Manfaat Fashion
Manfaat Supranatural
Hikayat Rudraksha
Dalam legenda Hindu, suatu masa, lama sekali Sang Rudra (Syiwa)
bermeditasi. Terlintas di dalam meditasinya, Sang Rudra melihat banyak
hal; sukacita dan kebahagiaan, kebimbangan dan kesengsaraan, peperangan,
kerusakan, dan ketidakseimbangan akibat ulah penghuni dunia. Berbagai
hal yang dilihat dalam meditasinya berkecamuk, Sang Rudra terharu hingga
meneteskan air mata. Satu tetes air mata Sang Rudra yang menyimpan
berkah jatuh ke tanah, menjadi benih dan bertunas. Dalam beberapa waktu,
tunas itu tumbuh menjadi pohon rimbun, kokoh, tinggi menjulang dan
berbuah lebat, yang kemudian dikenal dengan Rudraksha.
Demikian sekilas hikayat Rudraksha di dalam masyarakat Hindu. Rudraksha
sendiri diklaim berasal dari tanah Devanagari (India), dimana sebutan
Rudraksa berasal dari kata Rudra yang merujuk sebutan lain untuk Syiwa,
dan Aksha yang berarti mata. Sejak berabad silam hingga kini, Rudraksha
telah identik dengan spiritual, relijius dan kultur masyarakat India
(Hindu).
70% pohon Rudraksha tersebar di Indonesia. Bagaimana Rudraksha sampai dan tumbuh subur di berbagai pelosok wilayah nusantara, tentu ada hikayat dan kaitan khusus. Rudraksha (Elaeocarpus Ganitrus Roxb) memiliki sebutan berbeda. Di tanah Sunda dikenal dengan sebutan Ganitri, di berbagai pelosok nusantara punya nama beda seperti Jenitri dan Buah Sima.
Hikayat Rudraksha sampai di Indonesia, khususnya sampai di tanah Pasundan, benih Rudraksha dianggap dibawa dari India sekitar 250 tahun lalu oleh pemerintah kolonial Belanda untuk ditanam di sekitar “residen” atau bangunan-bangunan kantor mereka, juga ditanam di sekitar jalan-jalan utama sebagai peneduh. Di Bandung sendiri, katanya dahulu pertama kali Rudraksha ditanam di sekitar sisi kiri-kanan jalan Bandung-Lembang, juga di sekeliling Gedung Sate. Versi lain mengatakan bahwa Rudraksha dibawa oleh orang-orang Gujarat yang melakukan perniagaan di Indonesia.
Ada hal yang menggelitik di keilmuan Biologi hingga disematkan nama Ganitrus sebagai nama latin Rudraksha. Di Sunda, Rudraksha disebut dengan nama Ganitri. Kami berasumsi bahwa Rudraksha sebenarnya sudah ada di tanah Pasundan belasan abad lalu, bukan dibawa oleh orang Belanda bersamaan dengan kolonialisme mereka 250 tahun lalu. Bahkan sebuah versi mengatakan bahwa pohon Rudraksha berasal dari Indonesia. Ini bisa sekaligus menjawab mengapa nama latin Rudraksha ada kata Ganitrus-nya. Alasannya, mengingat di tanah pasundan ribuan tahun lalu telah berdiri kerajaan besar yang erat berkaitan dengan kultur dan relijius masyarakat India (Hindu-Budha), di mulai dari Dinasti Salakanagara, Tarumanagara, hingga Dinasti Padjajaran. Sedangkan, kerajaan-kerajaan besar itu dikenal pernikahan campuran dengan bangsa lain, juga hubungan diplomatik hingga jauh ke negara-negara lain, termasuk India. Bahkan akulturasi kultur dan relijius dari wilayah lain (termasuk India) telah melebur dengan peradaban kultur kerajaan-kerajaan besar itu. Memang tidak tercatat dalam catatan atau literatur sejarah yang diakui para sejarahwan. Tapi bukan tidak mungkin, Rudraksha yang diklaim berasal dari India itu sudah ada di Indonesia, bahkan berasal dari Indonesia, khususnya di tanah Pasundan sejak masa Salakanagara puluhan abad yang lalu. Bahkan, Rudraksa sudah dimanfaatkan orang-orang di tanah Pasundan pada masa itu. Mungkin pula nama Ganitri sudah dipakai di zaman kerajaan itu, lalu mengilhami ilmuwan biologi hingga Rudraksha dinamai latinnya dengan Ganitrus.
Ganitri juga bukan sekedar nama biasa, tapi tersiratkan makna di dalamnya. Walaupun boleh dianggap “kirata” (dikira-kira tapi mendekati kenyataan), nama Ganitri tersusun dari ga nit ri adalah akronim dari ga=uga nit=nitih ri=diri, yang bila digabungkan uga nu nitih dina diri diterjemahkan secara eksplisit dengan takdir yang menimpa diri. Ada pula pendapat lain, ga=uga nit=nitis ri=kiwari, ditafsirkan menjadi uga nu nitis kiwari yang berarti ketentuan yang akan dialami saat ini. Secara lebih mendalam, makna yang terkandung dalam akronim dari Ganitri itu merepresentasikan suatu ketentuan (uga) yang akanakan di alami suatu ketika pada diri. Jadi, kata “Ganitri” menajdi semacam keyword alias kata kunci yang bila dicermati lebih mendalam akan menemukan makna dan filosofi luas.
70% pohon Rudraksha tersebar di Indonesia. Bagaimana Rudraksha sampai dan tumbuh subur di berbagai pelosok wilayah nusantara, tentu ada hikayat dan kaitan khusus. Rudraksha (Elaeocarpus Ganitrus Roxb) memiliki sebutan berbeda. Di tanah Sunda dikenal dengan sebutan Ganitri, di berbagai pelosok nusantara punya nama beda seperti Jenitri dan Buah Sima.
Hikayat Rudraksha sampai di Indonesia, khususnya sampai di tanah Pasundan, benih Rudraksha dianggap dibawa dari India sekitar 250 tahun lalu oleh pemerintah kolonial Belanda untuk ditanam di sekitar “residen” atau bangunan-bangunan kantor mereka, juga ditanam di sekitar jalan-jalan utama sebagai peneduh. Di Bandung sendiri, katanya dahulu pertama kali Rudraksha ditanam di sekitar sisi kiri-kanan jalan Bandung-Lembang, juga di sekeliling Gedung Sate. Versi lain mengatakan bahwa Rudraksha dibawa oleh orang-orang Gujarat yang melakukan perniagaan di Indonesia.
Ada hal yang menggelitik di keilmuan Biologi hingga disematkan nama Ganitrus sebagai nama latin Rudraksha. Di Sunda, Rudraksha disebut dengan nama Ganitri. Kami berasumsi bahwa Rudraksha sebenarnya sudah ada di tanah Pasundan belasan abad lalu, bukan dibawa oleh orang Belanda bersamaan dengan kolonialisme mereka 250 tahun lalu. Bahkan sebuah versi mengatakan bahwa pohon Rudraksha berasal dari Indonesia. Ini bisa sekaligus menjawab mengapa nama latin Rudraksha ada kata Ganitrus-nya. Alasannya, mengingat di tanah pasundan ribuan tahun lalu telah berdiri kerajaan besar yang erat berkaitan dengan kultur dan relijius masyarakat India (Hindu-Budha), di mulai dari Dinasti Salakanagara, Tarumanagara, hingga Dinasti Padjajaran. Sedangkan, kerajaan-kerajaan besar itu dikenal pernikahan campuran dengan bangsa lain, juga hubungan diplomatik hingga jauh ke negara-negara lain, termasuk India. Bahkan akulturasi kultur dan relijius dari wilayah lain (termasuk India) telah melebur dengan peradaban kultur kerajaan-kerajaan besar itu. Memang tidak tercatat dalam catatan atau literatur sejarah yang diakui para sejarahwan. Tapi bukan tidak mungkin, Rudraksha yang diklaim berasal dari India itu sudah ada di Indonesia, bahkan berasal dari Indonesia, khususnya di tanah Pasundan sejak masa Salakanagara puluhan abad yang lalu. Bahkan, Rudraksa sudah dimanfaatkan orang-orang di tanah Pasundan pada masa itu. Mungkin pula nama Ganitri sudah dipakai di zaman kerajaan itu, lalu mengilhami ilmuwan biologi hingga Rudraksha dinamai latinnya dengan Ganitrus.
Ganitri juga bukan sekedar nama biasa, tapi tersiratkan makna di dalamnya. Walaupun boleh dianggap “kirata” (dikira-kira tapi mendekati kenyataan), nama Ganitri tersusun dari ga nit ri adalah akronim dari ga=uga nit=nitih ri=diri, yang bila digabungkan uga nu nitih dina diri diterjemahkan secara eksplisit dengan takdir yang menimpa diri. Ada pula pendapat lain, ga=uga nit=nitis ri=kiwari, ditafsirkan menjadi uga nu nitis kiwari yang berarti ketentuan yang akan dialami saat ini. Secara lebih mendalam, makna yang terkandung dalam akronim dari Ganitri itu merepresentasikan suatu ketentuan (uga) yang akanakan di alami suatu ketika pada diri. Jadi, kata “Ganitri” menajdi semacam keyword alias kata kunci yang bila dicermati lebih mendalam akan menemukan makna dan filosofi luas.
Rudraksha dalam Konteks Filosofi dan Spiritual
Banyak filosofi dan simbol-simbol dalam setiap bagian pohon hingga biji
Rudraksha. Pohonnya yang kuat dan tak mudah tumbang, melambangkan
kekuatan tekad yang tak mudah tumbang oleh godaan nafsu. Akar pohon
Rudraksha kuat menghujam tanah lebih dalam, batangnya tumbuh hingga
25-45 meter tinggi menjulang, itu melambangkan keseimbangan hidup.
Menghujam bumi, di bawah, itu mewakili hubungan diri sendiri, berkenaan
dengan introspeksi dan penguatan mental pribadi. Menjulang, ke atas,
mewakili hubungan vertikal, berkenaan dengan nilai relijius, keimanan,
peribadatan, dan lainnya. Batang pohon yang halus dan tak mudah membusuk
atau terkelupas, menyimbolkan ketetapan hati yang tak mudah dibusuki
oleh hasrat dan nafsu negatif duniawi. Daunnya dominan hijau, dan
sebagian daunnya berubah warna menjadi coklat atau merah tua, itu
mewakili perubahan dan kedewasaan. Kulit buahnya yang masih muda
berwarna hijau, sedangkan yang sudah tua atau matang berwarna biru
keungu-unguan, itu mewakili sebuah proses perubahan dari kondisi labil
pada kondisi kematangan dan ketenangan.
Biji Rudraksha yang sudah dikupas terpisah dari daging dan kulit
buahnya, akan terlihat tekstur biji yang nampak seperti serat atau
rambatan menonjol mirip labirin-labirin yang saling berhubungan. Hal itu
melambangkan hasrat, keinginan dan nafsu yang saling berkaitan di dalam
diri. Dan bila dibelah, struktur isi biji Rudraksha tidak padat, tapi
ada sedikit rongga kosong di dalamnya. Itu mewakili, hati yang kosong.
Hati yang mesti dikosongkan dari hal-hal yang negatif untuk diisi dengan
sirr dan rahsa yang positif.
Dalam konteks spiritual, pemanfaatan Rudraksha telah akrab dalam aktivitas spiritual relijius, seperti halnya masyarakat hindu merangkai biji-biji Rudraksha menjadi malas yang dipakai sebagai alat bantu dalam peribadatannya. Begitupun masyarakat Buddha yang menggunakan malas ketika japa mantra. Masyarakat Muslim menggunakan tasbih yang dirangkai dari biji-biji Rudraksha saat wirid atau dzikir, juga masyarakat Kristen memanfaatkan Rudraksha dalam rosario ketika misa atau kebaktian.
Rudraksha memberikan manfaat psikis dan psikologis ketika digunakan dalam aktivitas spiritual relijius. Ketika jari tangan yang memancarkan esoteris biolektrik tubuh menyentuh Rudraksha yang menyimpan bioelektrik alami, kedua energi itu bersinggungan dan berpadu menjadi satu energi yang tercetus, lalu diserap melalui jalur induksi aura tubuh ataupun mengalir melalui jaringan syaraf hingga sampai di gerbang syaraf otak. Energi itu selanjutnya mengimpulsi jaringan sel amigdala dan mengimpaksi Central Nervous Sistem di otak hingga menghadirkan sensasi nyaman, tenang dan damai. Intinya, Rudraksha membantu meningkatkan kenyamanan dan kekhusukan dalam aktivitas spiritual-relijius.
Dalam konteks spiritual, pemanfaatan Rudraksha telah akrab dalam aktivitas spiritual relijius, seperti halnya masyarakat hindu merangkai biji-biji Rudraksha menjadi malas yang dipakai sebagai alat bantu dalam peribadatannya. Begitupun masyarakat Buddha yang menggunakan malas ketika japa mantra. Masyarakat Muslim menggunakan tasbih yang dirangkai dari biji-biji Rudraksha saat wirid atau dzikir, juga masyarakat Kristen memanfaatkan Rudraksha dalam rosario ketika misa atau kebaktian.
Rudraksha memberikan manfaat psikis dan psikologis ketika digunakan dalam aktivitas spiritual relijius. Ketika jari tangan yang memancarkan esoteris biolektrik tubuh menyentuh Rudraksha yang menyimpan bioelektrik alami, kedua energi itu bersinggungan dan berpadu menjadi satu energi yang tercetus, lalu diserap melalui jalur induksi aura tubuh ataupun mengalir melalui jaringan syaraf hingga sampai di gerbang syaraf otak. Energi itu selanjutnya mengimpulsi jaringan sel amigdala dan mengimpaksi Central Nervous Sistem di otak hingga menghadirkan sensasi nyaman, tenang dan damai. Intinya, Rudraksha membantu meningkatkan kenyamanan dan kekhusukan dalam aktivitas spiritual-relijius.
Manfaat Kesehatan
Setiap biji Rudraksha mengandung; alummunium, tembaga, kobalt, kalsium,
klorin, ferum, magnesium, mangan, fosfor, dan nikel. Sedangkan komposisi
kimiwi terdiri dari 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen,
dan 30,4531% oksigen. Dan, menurut penelitian ilmuwan di India,
Rudraksha mempunyai daya elektro magnetik 10.000 gauss pada keseimbangan
Faraday, kadar itu muncul akibat konduksi elektron ketika Rudraksha
dilibatkan dalam aktivitas relijius. Rudraksha memiliki kemampuan
induksi listrik, pergerakan listrik, kapasistansi listrik, dan
dinamisasi elektromagnetik.
Seperti disinggung di atas dimana Rudraksha memberikan manfaat dalam konteks spiritual-relijius. Dalam konteks kesehatan pun, Rudraksha menyimpan manfaat psikis dan psikologis. Rudraksha dapat membantu meningkatkan kekhusukan, begitupun Rudraksha dapat membantu otak mencapai kondisi tenang, sehingga dikatakan rudraksha mampu menekan tingkat stress bahkan menghilangkan stress. Itu karena induksi halus bieolektrik yang terkandung dalam Rudraksha mengimpuls polaritas dan intensitas bioelektrik dalam tubuh sehingga bertindak sebagai penyeimbang.
Literatur-literatur kuno, termasuk seperti pada Ayurveda, di dalamnya disinggung manfaat Rudraksha untuk kesehatan dan pengobatan. Belakangan, catatan itu dibuktikan dengan hasil penelitian ilmuwan dengan teoritis berbasis sains. Demikian pula jika Rudraksha difungsikan untuk mengobati penyakit, ada beberapa cara; Pertama, dengan induksi bioelektrik alami Rudraksha yang berfungsi sebagai penyeimbang polaritas bieolektrik tubuh sekaligus membantu revitaliasasi metabolisme tubuh. Paduan biolektrik tubuh dan biolektrik rudraksha befungsi melipatgandakan sel imunitas tubuh hingga meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, bahkan paduan bioelektrik itu yang “menghajar” virus penyakit di dalam tubuh. Pemaduan dua biolektrik itu bisa dengan cara Rudraksha dipakai dalam bentuk aksesoris, dan proses kerjanya cukup lama bisa 20-30 hari, tergantung karakteristik bioelektrik seseorang yang berbeda-beda, dan juga proses adaptasi karena induksi bioelektrik rudraksha halus. Tapi bisa saja dipercepat oleh alat bantu dengan prinsip kerja semacam transformator. Kedua, dengan induksi melalui bantuan media penghantar lain seperti air. Ketika Rudraksha direndam air dalam beberapa waktu, bieolektrik dalam Rudraksha mengendap pada air. Manakala diminum, air yang mengandung bioelektrik dikompresi atau dikonversi di dalam tubuh sehingga dapat diserap oleh organ-organ tubuh lainnya. Ketiga, melalui pelarutan kimiawi. Kandungan kimiawi alami Rudraksha yang dihaluskan dengan campuran lain untuk dikonsumsi akan dikonversi alat pencernaan tubuh menjadi energi atau zat penyembuh sekaligus bisa sebagai zat pengganda sel imunitas tubuh.
Seperti disinggung di atas dimana Rudraksha memberikan manfaat dalam konteks spiritual-relijius. Dalam konteks kesehatan pun, Rudraksha menyimpan manfaat psikis dan psikologis. Rudraksha dapat membantu meningkatkan kekhusukan, begitupun Rudraksha dapat membantu otak mencapai kondisi tenang, sehingga dikatakan rudraksha mampu menekan tingkat stress bahkan menghilangkan stress. Itu karena induksi halus bieolektrik yang terkandung dalam Rudraksha mengimpuls polaritas dan intensitas bioelektrik dalam tubuh sehingga bertindak sebagai penyeimbang.
Literatur-literatur kuno, termasuk seperti pada Ayurveda, di dalamnya disinggung manfaat Rudraksha untuk kesehatan dan pengobatan. Belakangan, catatan itu dibuktikan dengan hasil penelitian ilmuwan dengan teoritis berbasis sains. Demikian pula jika Rudraksha difungsikan untuk mengobati penyakit, ada beberapa cara; Pertama, dengan induksi bioelektrik alami Rudraksha yang berfungsi sebagai penyeimbang polaritas bieolektrik tubuh sekaligus membantu revitaliasasi metabolisme tubuh. Paduan biolektrik tubuh dan biolektrik rudraksha befungsi melipatgandakan sel imunitas tubuh hingga meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, bahkan paduan bioelektrik itu yang “menghajar” virus penyakit di dalam tubuh. Pemaduan dua biolektrik itu bisa dengan cara Rudraksha dipakai dalam bentuk aksesoris, dan proses kerjanya cukup lama bisa 20-30 hari, tergantung karakteristik bioelektrik seseorang yang berbeda-beda, dan juga proses adaptasi karena induksi bioelektrik rudraksha halus. Tapi bisa saja dipercepat oleh alat bantu dengan prinsip kerja semacam transformator. Kedua, dengan induksi melalui bantuan media penghantar lain seperti air. Ketika Rudraksha direndam air dalam beberapa waktu, bieolektrik dalam Rudraksha mengendap pada air. Manakala diminum, air yang mengandung bioelektrik dikompresi atau dikonversi di dalam tubuh sehingga dapat diserap oleh organ-organ tubuh lainnya. Ketiga, melalui pelarutan kimiawi. Kandungan kimiawi alami Rudraksha yang dihaluskan dengan campuran lain untuk dikonsumsi akan dikonversi alat pencernaan tubuh menjadi energi atau zat penyembuh sekaligus bisa sebagai zat pengganda sel imunitas tubuh.
Manfaat Fashion
Rudraksha bukan hanya dimanfaatkan sebagai media pengobatan ataupun alat
bantu aktivitas spiritual relijius, tapi dapat dimanfaatkan untuk
mempercantik penampilan. Rambatan-rambatan tekstur yang mengelilingi
Rudraksha dipandang mempunyai keindahan tersendiri. Selain itu, lekukan
vertikal yang melintang dari kutub utara ke kutub selatan Rudrakhsa,
yang disebut dengan Mukhi, jumlahnya berbeda-beda di masing-masing biji
Rudraksha dari 1 hingga 21 mukhis, itupun menambah nilai estetis
Rudraksha.
Bentuk alami biji Rudraksha tidak kalah setara dengan manik-manik yang banyak dirangkaikan pada aksesoris-aksesoris fashion. Bentuk biji Rudraksha diproses dengan baik, dirangkai dengan paduan bahan natural lainya, diikat dengan simpul ikatan yang indah, akan menghasilkan aksesoris yang cantik. Aksesoris dari paduan Rudraksha ini dilihat begitu natural, bahkan menjadi semacam aksesoris etnik. Rangkaian Rudraksha dalam berbagai bentuk seperti kalung, gelang, bross, dan aksesoris lain, tak kalah cantik dengan jewelry dari material emas, perak atau berlian. Nilai lebihnya, selain aksesoris yang mempercantik penampilan, sekaligus menyehatkan bagi si pemakai. Bahkan aksesoris ini tidak ada efek samping merugikan bagi si pemakainya. Bagaimanapun aura, perilaku, ataupun karakteristik psikologis si pemakai, dengan menggunakan aksesoris dari paduan Rudraksa, sama sekali tidak ada pengaruh apapun. Malah, karena aksesoris dari Rudraksha ini fungsinya untuk memperindah penampilan dan bukanlah dikhususkan seperti jimat, maka tidak ada pantangan khusus.
Pemanfaatan Rudraksha sebagai aksesoris memperindah penampilan, bukan hanya digunakan pada saat ini saja. Zaman dahulu, khususnya di tatar Pasundan, pada masa kejayaan kerajaan Salakanagara hingga Padjajaran, kaum bangsawan termasuk raja-rajanya pun menggunakan aksesoris kebesaran yang sebagian materialnya dari Rudraksha.
Bentuk alami biji Rudraksha tidak kalah setara dengan manik-manik yang banyak dirangkaikan pada aksesoris-aksesoris fashion. Bentuk biji Rudraksha diproses dengan baik, dirangkai dengan paduan bahan natural lainya, diikat dengan simpul ikatan yang indah, akan menghasilkan aksesoris yang cantik. Aksesoris dari paduan Rudraksha ini dilihat begitu natural, bahkan menjadi semacam aksesoris etnik. Rangkaian Rudraksha dalam berbagai bentuk seperti kalung, gelang, bross, dan aksesoris lain, tak kalah cantik dengan jewelry dari material emas, perak atau berlian. Nilai lebihnya, selain aksesoris yang mempercantik penampilan, sekaligus menyehatkan bagi si pemakai. Bahkan aksesoris ini tidak ada efek samping merugikan bagi si pemakainya. Bagaimanapun aura, perilaku, ataupun karakteristik psikologis si pemakai, dengan menggunakan aksesoris dari paduan Rudraksa, sama sekali tidak ada pengaruh apapun. Malah, karena aksesoris dari Rudraksha ini fungsinya untuk memperindah penampilan dan bukanlah dikhususkan seperti jimat, maka tidak ada pantangan khusus.
Pemanfaatan Rudraksha sebagai aksesoris memperindah penampilan, bukan hanya digunakan pada saat ini saja. Zaman dahulu, khususnya di tatar Pasundan, pada masa kejayaan kerajaan Salakanagara hingga Padjajaran, kaum bangsawan termasuk raja-rajanya pun menggunakan aksesoris kebesaran yang sebagian materialnya dari Rudraksha.
Manfaat Supranatural
Setelah disinggung di atas, bagaimana Rudraksa menyimpan kandungan
kimiawi dan bioelektrik bermanfaat. Dalam konteks supranatural,Rudraksha
dapat berfungsi sebagai kapasitans atau energy bank yang dapat
menyimpan energi metafisik. Ketika seseorang menyertakan rudraksha dalam
proses kultivasi energi metafisik maupun berlatih pengolahan tenaga
dalam, secara tidak disengaja pun energi metafisik atau energi tenaga
dalam dapat tertampung di dalam rudraksha. Apalagi jika secara sengaja
energi metafisik ditampungkan ke dalam media rudrakhsa, itu semacam
diblessing. Rudraksha yang dikombinasikan dengan material lain lalu
diblessing oleh prakstisi ahli supranatural bisa dijadikan sejenis
amulet atau bisa dikatakan seperti jimat.
If anyone needs java rudraksha from Blitar, East java, Indonesia call/message: +6281330945882
BalasHapusLine/We chat: +6282230658588
Now ready stock size 8mm upto 12mm and Harvest again in Augustus